Anemia atau kekurangan darah merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Ada berbagai jenis anemia. Anemia defisiensi besi adalah salah satunya.Ketahui juga: Macam-Macam Anemia lainnya.
Apa Penyebab Anemia Defisiensi Besi?
Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anemia defisiensi besi antara lain :- Malnutrisi atau gizi buruk : merupakan penyebab utama anemia defisiensi besi, hal ini dikarenakan masyarakat Asia terbiasa mengkonsumsi beras dan gandum sebagai makanan pokok dan kurang mendapat asupan zat besi terutama yang bersumber dari hewan
- Kebiasaan minum kopi dan teh : merupakan penyebab anemia yang terbanyak kedua, dimana budaya di masyarakat Asia yang terbiasa minum kopi dan teh di kala senggang, padahal kopi dan teh dapat mengganggu penyerapan zat besi dari saluran pencernaan.
- Kebiasaan mengkonsumsi antasida doen : obat antasida yang dikunyah sebelum makan dapat mengurangi produksi asam lambung, akan tetapi obat antasida ini memiliki efek yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dari saluran pencernaan.
- Kehamilan dan Menstruasi. Pada wanita usia subur, penyebab paling umum dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan menstruasi yang berlebihan dan kehilangan darah saat melahirkan. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu bentuk anemia pada ibu hamil yang sering terjadi.
- Pendarahan organ dalam. Kondisi medis tertentu dapat menyebabkan perdarahan interna, yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Contohnya termasuk tukak lambung, polip (pertumbuhan jaringan) di usus besar, atau kanker usus besar. Sering mengonsumsi obat penghilang rasa sakit, seperti aspirin, juga dapat menyebabkan pendarahan di perut.
- Ketidakmampuan untuk Menyerap Zat Besi. Gangguan tertentu atau operasi yang mempengaruhi usus juga dapat mengganggu tubuh dalam menyerap zat besi. Bahkan ketika Anda mendapatkan cukup zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyakit celiac atau operasi usus, seperti bypass lambung, dapat membatasi kemampuan tubuh dalam menyerap zat besi.
Anemia adalah kondisi umum yang terjadi baik pada pria maupun wanita dari segala usia dan dari setiap kelompok etnis. Namun, beberapa kelompok orang bisa memiliki berisiko lebih besar untuk terkena anemia defisiensi besi daripada yang lain. Mereka adalah:
- Wanita usia subur
- Wanita hamil
- Bagi yang kekurangan zat gizi
- Terlalu sering mendonorkan darah
- Bayi dan anak-anak, terutama yang lahir prematur atau mengalami lonjakan pertumbuhan
- Vegetarian yang tidak mengganti daging dengan makanan kaya zat besi lain
Apa Gejala yang Timbul Saat Mengalami Anemia Defisiensi Besi?
Anemia defisiensi memiliki gejala yang bervariasi tergantung dari seberapa besar tubuh mengalami kekurangan zat besi. Berikut ini beberapa gejala anemia defisiensi besi yang dapat terjadi antara lain:- Merasa cepat atau mudah lelah
- Merasa kurang memiliki energi
- Merasa pusing dan sakit kepala
- Muka terlihat lebih pucat
- Merasa sesak napas
- Merasa sakit pada dada
- Merasa Jantung berdetak cepat
- Kaki dan tangan teraba dingin
- Merasa kesemutan pada kaki dan tangan
Bagaimana Anemia Defisiensi Besi Diobati?
Dalam melakukan pengobatan anemia defisiensi besi yang hal yang harus dilakukan adalah meningkatkan jumlah zat besi dalam tubuh manusia. Untuk meningkatkan jumlah zat besi dapat dilakukan dengan dua cara :- Menambah asupan zat besi melalui obat atau suplemen penambah besi yang dapat ditemukan di apotik.
- Menambah asupan zat besi melalui cara alami dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
- Memaksimalkan penyerapan zat besi dari saluran pencernaan dengan cara meningkatkan asupan vitamin C baik dari suplemen maupun dari buah - buahan yang dikonsumsi bersamaan dengan suplemen atau makanan sumber zat besi
- Sumber hewani yaitu hati ayam, hati sapi
- Daging merah seperti daging kambing dan daging sapi
- makanan laut seperti ikan laut, tiram dan kerang - kerangan
- Kacang - kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah
- Sayur - sayuran berdaun hijau gelap seperti brokoli dan bayam
- Buah - buahan kering seperti aprikot dan kismis
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.