Sebelum membahas lebih jauh tentang antibiotik radang tenggorokan, terlebih dahulu perlu Anda ketahui bahwa tidak semua radang tenggorokan membutuhkan antibiotik. Antibiotik untuk radang tenggorokan hanya diperlukan jika disebabkan oleh infeksi bakteri. Lantas, bagaimana cara mengetahui bahwa radang tenggorokan yang sedang kita alami diakibatkan oleh infeksi bakteri - bukan yang lain?
Hal tersebut tentunya hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan langsung oleh dokter. Pasalnya, obat antibiotik juga tidak bisa didapatkan sembarangan karena harus dengan resep dokter.
Dokter akan memberikan antibiotik berdasarkan peta kuman terbanyak untuk mengobati infeksi Anda. Pemberian antibiotik minimal 7-10 hari. Bila tidak kunjung membaik, dokter dapat mengganti jenis antibiotik atau memberikan antibiotik melalui suntikan.
Jenis antibiotik untuk radang tenggorokan
Ada banyak jenis antibiotik yang tersedia di pasaran. Namun, ternyata tidak semuanya cocok digunakan untuk mengobati radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup A.
Ada tiga golongan antibiotik untuk radang tenggorokan yang paling sering digunakan, yaitu:
- Beta-laktam (Penisilin, Amoxicillin)
- Cephalosporin (Cefadroxil, Cephalexin)
- Makrolida (Eritromicyn, Azytromicin)
Setiap orang mungkin membutuhkan antibiotik untuk radang tenggorokan yang berbeda-beda. Hal ini akan disesuaikan dengan riwayat penyakit dan kondisi masing-masing pasien.
Baca selengkapnya: Jenis-Jenis Golongan Antibiotik dan Fungsinya
Berikut jenis-jenis antibiotik yang sering digunakan untuk mengobati radang tenggorokan:
1. Antibiotik golongan beta-lactam
Salah satu antibiotik untuk radang tenggorokan yang paling umum digunakan adalah Penisilin atau obat-obatan seperti Ampicillin dan Amoxicillin. Penggunaan obat ini selama dua minggu menunjukkan hasil yang baik dalam menghilangkan bakteri Streptococcus grup A.
Namun, dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa muncul resistensi bakteri terhadap antibiotik golongan beta-laktam ini. Bila itu terjadi, Anda mungkin membutuhkan jenis antibiotik lain sebagai alternatif.
2. Antibiotik golongan cephalosporin
Studi tentang antibiotik untuk radang tenggorokan menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik golongan cephalosporin lebih efektif daripada penggunaan antibiotik golongan beta-laktam. Ada banyak golongan cephalosporin yang dapat digunakan, namun biasanya yang diresepkan untuk radang tenggorokan yaitu Cephalexin, Cefadroxil, dan Cefixime.
Perlu diperhatikan bahwa antibiotik golongan beta-laktam dan cephalosporin tidak dapat digunakan apabila seseorang memiliki alergi terhadap antibiotik tersebut dan membutuhkan pengobatan alternatif. Dalam banyak kasus, radang tenggorokan masih bisa diatasi dengan salah satu dari 2 kelompok antibiotik di atas, namun apabila tidak juga berespon dengan baik maka perlu beralih ke golongan antibiotik yang lain.
Baca selengkapnya: Sudahkah Kamu Minum Antibiotik dengan Benar?
3. Antibiotik golongan makrolida (macrolide)
Alternatif lain untuk pengobatan radang tenggorokan dengan antibiotik dari kelas macrolide, termasuk obat-obatan seperti Erythromycin, Clarythromicyn, dan Azithromycin. Beberapa obat ini lebih menguntungkan, contohnya Azithromycin cukup diminum selama 4-5 hari, tidak perlu sampai 2 minggu berturut-turut.
Meskipun demikian, antibiotik golongan Makrolida juga memiliki kelemahan, termasuk efek samping pada lambung. Namun, efek samping tersebut biasanya dikesampingkan karena manfaatnya yang besar, yaitu membunuh bakteri Streptoccus yang jadi penyebab radang tenggorokan.
Baca juga: Beda Dengan Reaksi Alergi, Ini Dia Efek Samping Antibiotik
Pengobatan antibiotik untuk radang tenggorokan harus diawasi oleh dokter, atau dengan kata lain tidak bisa digunakan sembarangan. Maka dari itu, jika Anda mengalami radang tenggorokan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan jenis obat yang tepat. Dokter akan mempertimbangkan riwayat alergi, efek samping, dan kondisi pasien untuk menentukan jenis antibiotik terbaik guna mengobati radang tenggorokan yang Anda alami.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.