Keracunan makanan bisa terjadi ketika Anda mengonsumsi makanan yang tidak terjaga kebersihannya. Meski dapat diobati dengan minum obat, keracunan makanan yang tak ditangani dengan baik bisa berakibat fatal bahkan sampai menyebabkan kematian. Lantas, bagaimana cara mengetahui gejala dan ciri-ciri keracunan makanan?
Apa itu keracunan makanan?
Keracunan makanan adalah kondisi tubuh yang menjadi tidak sehat akibat mengonsumsi makanan maupun minuman yang mengandung bakteri, virus, parasit, atau bahan kimia berbahaya.
Keracunan makanan merupakan kejadian yang cukup umum dan mengkhawatirkan, terutama pada area padat penduduk dengan kebiasaan hidup yang kurang sehat. Selain itu, produk-produk makanan yang diproduksi atau disajikan tanpa memperhatikan kehigienisannya juga jadi salah satu penyebab keracunan makanan.
Berdasarkan data yang dirilis Badan POM pada laporan tahunannya per tahun 2016 diketahui bahwa kasus keracunan makanan di Indonesia mencapai 5.673 orang terpapar bahaya keracunan, 3.351 orang sakit akibat keracunan, dan 7 orang meninggal dunia akibat keracunan.
Pada laporan tersebut diketahui beberapa bakteri dan bahan kimia yang menjadi penyebab atau yang diperkirakan sebagai penyebab keracunan makanan, di antaranya bakteri jenis B. cereus, S. aureus, Salmonela spp, Shigella, E. coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangakn dari bahan kimia, pemicu keracunan dapat berupa histamin, toksin jamur, biotoksin, metamfetamin, nitrit, kepang khamir, dan toksin Candida albican.
Ciri-ciri keracunan makanan yang harus diwaspadai
Karena penyebab dan gejala keracunan makanan bisa berbeda-beda, penanganannya juga bisa berbeda-beda. Agar tidak terlambat, kenali ciri-ciri keracunan makanan berikut ini:
1. Nyeri dan kram perut
Infeksi bakteri hingga bahan kimia berbahaya dapat bersifat toksik pada saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan dan menimbulkan rasa sakit pada perut.
Gejala keracunan makanan juga bisa menimbulkan kram perut karena otot-otot perut bereaksi dan berkontraksi lebih intens dari biasanya. Meski rasanya tidak nyaman, sensasi kram ini bertujuan untuk menyingkirkan penyebab peradangan pada saluran cerna.
Meski begitu, nyeri dan kram perut juga bisa terjadi karena penyakit lainnya. Untuk membedakan ciri-ciri keracunan makanan dengan kondisi lainnya, keracunan makanan biasanya diikuti dengan gejala lainnya.
2. Diare
Seseorang yang sedang diare biasanya ditandai dengan feses yang lebih lunak bahkan berbentuk cairan dan biasa terjadi lebih dari 3 kali sehari. Biasanya, diare juga diawali dengan perut kembung, mulas, dan nyeri perut.
Jika gejala-gejala tersebut muncul setelah Anda mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, maka bisa jadi Anda mengalami ciri-ciri keracunan makanan.
Hal yang perlu diwaspadai saat diare adalah bahaya dehidrasi. Jika badan mulai terasa lemas dan warna urine menjadi lebih keruh dari biasanya, ini pertanda dehidrasi. Mengonsumi banyak cairan tentunya akan sangat membantu. Namun, menghirup makanan cair seperti sup ayam mungkin akan lebih melegakan sekaligus menambah energi yang terbuang.
3. Sakit kepala
Sakit kepala sangat umum terjadi. Penyebabnya pun beragam mulai dari stres, kelelahan, hingga depresi. Namun, jika sakit kepala dibarengi dengan muntah dan diare, bisa jadi itu pertanda keracunan makanan.
4. Muntah
Muntah merupakan respon alami tubuh terhadap organisme berbahaya atau zat racun yang masuk ke tubuh, terutama yang masuk melalui mulut. Biasanya terjadi kontraksi yang kuat pada diafragma sehingga memaksa tubuh untuk memuntahkan isi lambung.
Muntah umumnya memang bisa jadi salah satu ciri-ciri keracunan makanan yang paling jelas. Apalagi jika berbentuk muntah projektil (menyemprot atau menyembur), kemungkinan besar ini akibat keracunan. Jika hal ini terjadi pada anak-anak, segeralah periksakan pada dokter atau tenaga medis terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera.
5. Nyeri, kelelahan, dan kurang nafsu makan
Saat seseorang keracunan makanan, mekanisme alami tubuh akan merespon dan melawan penyebab infeksi yang terjadi. Salah satu bentuk respon ini adalah dengan melepaskan senyawa kimia yang disebut sitokin.
Sitokin memiliki beberapa peran berbeda pada tubuh, salah satunya adalah mengatur respon kekebalan tubuh terhadap infeksi. Senyawa ini akan memandu sistem imun menuju area yang terinfeksi dan bagaimana menyembuhkannya.
Selain itu, sitokin juga akan mengirim sinyal ke otak yang efeknya akan menimbulkan perasaan nyeri, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan. Secara tidak langsung, kondisi seperti ini membuat seseorang harus beristirahat dan mengurangi asupan makanan berlebih sebagai bentuk pemulihan alami.
6. Demam
Tubuh dikatakan demam jika suhunya mencapai 36-37ºC. Kondisi ini bisa terjadi pada berbagai kondisi penyakit, umumnya merupakan respon sistem imun tubuh terhadap infeksi yang terjadi. Karena itu demam bisa jadi salah satu gejala keracunan makanan.
Ketika bakteri berbahaya masuk ke tubuh, tubuh akan mengalami respon penolakan dari sistem imun. Sistem imun dan bakteri dapat melepaskan substansi yang disebut sebagai pirogen yang dapat memicu otak agar meningkatkan suhu tubuh.
Ketika suhu tubuh naik, aktivitas sel darah putih juga akan meningkat. Selain itu, suhu yang tinggi juga berdampak buruk pada bakteri dan virus sehingga akan lebih mudah dilemahkan dan dilumpuhkan oleh sel darah putih.
7. Menggigil
Menggigil merupakan sensasi seperti kedinginan tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini muncul karena otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara berulang.
Badan menggigil biasanya muncul berbarengan dengan demam. Hal ini masih merupakan efek dari substandi pirogenik yang dapat menstimulus otak agar menganggap tubuh sedang kedinginan sehingga suhu dinaikkan.
Meskipun kondisi ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain, namun bisa menjadi ciri-ciri keracunan makanan jika muncul bersamaan dengan tanda-tanda lainnya.
8. Lelah dan lesu
Kelelahan dan lesu bisa jadi pertanda awal keracunan makanan. Kondisi ini bisa muncul akibat tubuh melepaskan substansi kimia yang disebut sitokin. Selain itu, kehilangan nafsu makan juga dapat jadi pemicunya.
Meskipun lelah dan lesu bisa saja disebabkan oleh penyakit lain, namun jika berbarengan dengan tanda-tanda seperti demam dan rasa tidak enak badan, bisa jadi ini karena efek keracunan makanan. Hal ini juga termasuk respon tubuh untuk mempercepat penyembuhan dalam bentuk banyak istirahat.
9. Mual
Mual adalah kondisi tidak menyenangkan yang membuat tubuh seolah-olah ingin muntah, tapi tidak muntah. Meskipun bisa saja disebabkan oleh faktor lain, namun kondisi ini juga bisa jadi pertanda bahwa Anda baru saja menelan sesuatu yang berpotensi membahayakan. Apalagi jika dilanjutkan dengan melambatnya kerja usus dan diare.
10. Nyeri otot
Nyeri otot bisa muncul dan menjadi gejala keracunan makanan. Ketika substansi berbahaya masuk ke saluran pencernaan, sistem imun akan aktif dan menyebar untuk menemukan sumber penyebab infeksi dan kemudian menyebabkan peradangan.
Selama proses ini, tubuh akan melepaskan histamin yang akan memperlebar pembuluh darah agar lebih banyak sel darah putih yang di alirkan dan akhirnya menyembuhkan area infeksi. Histamin ini lah yang memicu reseptor rasa sakit yang meyebabkan nyeri pada otot.
Bagaimana cara mencegah keracunan makanan?
Untuk menghindari keracunan makanan, pastikan pola hidup Anda sehat dan menjaga lingkungan sekitar tetap bersih. Selain itu, lakukan beberapa cara berikut untuk mencegah keracunan makanan:
- Mencuci tangan sebelum makan menggunakan air mengalir;
- Makan makanan yang dimasak hingga hingga matang, hindari makanan setengah matang;
- Gunakan sabun antibakteri selepas menggunakan toilet;
- Hindari makan buah mentah dari pasar yang belum di cuci bersih.
Baca juga:
Perlu diingat keracunan makan yang ringan bisa saja sembuh dengan sendirinya tanpa perlakuan khusus. Umumnya, Anda hanya perlu banyak istirahat dan minum lebih banyak. Namun, jika gejala dan ciri-ciri keracunan makanan terjadi terus-menerus dan tak kunjung sembuh, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.