Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak serta saraf tulang belakang. Penyakit ini bisa mengancam jiwa, tapi sayangnya sering kali muncul tanpa gejala khusus. Biasanya, gejala meningitis awal mirip seperti gejala flu, yakni demam dan sakit kepala, sehingga sering kali diabaikan. Lalu, bagaimana cara mengenali ciri-ciri meningitis di tahap awal? Berikut ulasan lengkapnya.
Gejala meningitis awal yang perlu diwaspadai
Gejala meningitis awal memang menyerupai flu, sering kali berupa demam dan sakit kepala. Meski tampak sepele, kondisi ini tetap harus diwaspadai sebab lambat laun bisa berkembang menjadi kejang hingga leher kaku.
Perlu diketahui bahwa gejala meningitis berbeda-beda pada penderita, tergantung dari usia, tipe, dan tingkat keparahan penyakit. Gejala meningitis awal yang biasanya terjadi pada penderita usia di atas 2 tahun adalah:
- Leher kaku
- Sakit kepala berat
- Demam tinggi
- Kejang-kejang
- Sensitif terhadap cahaya
- Terlalu lama tertidur
- Ruam
- Nafsu makan berkurang
Penderita meningitis yang usianya masih di bawah 2 tahun umumnya juga akan mengalami gejala serupa. Akan tetapi, ada sejumlah gejala meningitis yang lebih spesifik pada anak-anak.
Jika meningitis menyerang anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun, maka umumnya akan ada benjolan di kepalanya. Kondisi ini sering kali membuat bayi tidak bisa berhenti menangis.
Bila gejala ini terus muncul, segera periksakan anak Anda ke dokter terdekat guna memastikan penyebabnya. Kondisi ini bisa memicu berbagai komplikasi seperti kejang hingga gagal ginjal bila terlambat ditangani.
Baca selengkapnya: Waspada! Ini Tanda Meningitis Pada Bayi
Apa saja penyebab meningitis?
Penyebab meningitis ternyata bermacam-macam, di antaranya karena infeksi virus, bakteri, jamur, hingga parasit. Pada kondisi kondisi tertentu, sistem imun yang lemah juga bisa menyebabkan munculnya meningitis.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang bisa memicu meningitis, antara lain:
- Penyakit kanker
- Efek samping obat-obatan tertentu
- Riwayat operasi otak
Pada ibu hamil, risiko terkena meningitis ternyata cenderung lebih tinggi. Anak anak yang tidak diberikan imunisasi juga akan lebih mudah mengalami meningitis. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tubuhnya tidak memiliki pertahanan yang kuat untuk melawan bakteri maupun virus penyebab meningitis.
Baca selengkapnya: Berbagai Penyebab Meningitis yang Perlu Diketahui
Jenis-jenis meningitis
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyebab meningitis bisa karena infeksi virus, bakteri, hingga parasit. Nah, ada 2 jenis meningitis yang utama dilihat dari penyebabnya, yaitu:
1. Meningitis bakterialis
Jenis meningitis ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan bisa menular pada orang lain. Ada sejumlah bakteri yang dapat menyebabkan meningitis jenis ini, di antaranya ialah:
- Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini biasanya terdapat di bagian hidung, saluran pernapasan, dan sinus.
- Neisseria meningitidis. Bakteri ini dapat menyebar melalui air liur dan juga lendir dari saluran pernapasan.
- Haemophilus influenza. Jenis bakteri ini dapat menyerang anak anak dan menyebabkan infeksi pada darah, kulit, sendi, dan tenggorokan.
- Listeria monocytogenes. Bakteri ini bisa ditemukan di berbagai makanan seperti melon, keju, dan sayuran mentah.
- Staphylococcus aureus. Bakteri ini biasanya ditemukan pada saluran pernapasan maupun kulit.
2. Meningitis virus
Selain disebabkan oleh bakteri, meningitis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus. Sejumlah virus yang diketahui sebagai penyebab meningitis adalah virus herpes simplex, HIV, Virus West Nile, dan Coltivirus.
Selain itu, meningitis juga bisa disebabkan oleh jamur dan parasit. Meski penyebabnya berbeda-beda, gejala meningitis awal yang ditimbulkan secara umum sama.
Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami sakit kepala, demam, hingga gejala flu lainnya selama berhari-hari meski sudah diobati. Semakin cepat terdeteksi, maka gejala meningitis awal bisa segera ditemukan dan ditangani secepat mungkin.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.