Mari kita berkenalan dengan penyakit diabetes melitus alias kencing manis, yang semakin kesini kok penderitanya semakin banyak. Dan tahukah Anda, tidak hanya orang tua saja yang terkena, tapi saat ini banyak yang masih berusia muda juga terkena diabetes melitus. Nah, kali ini mari kita berkenalan lebih dekat dengan penyakit kencing manis serta jenis-jenisnya.
Apa itu Diabetes Melitus?
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit metabolik kronis yang menyebabkan gula darah (glukosa darah) tinggi dalam tubuh. Hal ini terjadi karena tidak terjadi produksi insulin pada diabetes tipe 1 atau penurunan fungsi insulin atau resistensi insulin pada diabetes tipe 2.
Booking Klinik Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes) via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket gula darah (diabetes) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Gejala diabetes melitus terjadi ketika produksi insulin berkurang atau terjadinya resistensi insulin pada jaringan tubuh sehingga glukosa darah yang seharusnya masuk ke sel tubuh, tidak dapat memasuki sel sebagai sumber energi tubuh. Hal inilah yang dapat mengakibatkan gejala diabetes seperti peningkatan rasa lapar dan haus, penurunan berat badan, kelelahan, dan sering mengalami infeksi. Komplikasi jangka panjang termasuk gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kebutaan. Lebih lengkap silahkan baca: Gejala Diabetes Melitus
Jenis-Jenis Diabetes Melitus
Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM = Insulin-Dependent-Diabetes-Mellitus)
Merupakan penyakit Diabetes melitus yang disebabkan oleh penyakit autoimun. Dimana sistem kekebalan tubuh malah menyerang dan menghancurkan sel-sel beta pankreas penghasil insulin. Meskipun ada dugaan hal ini dipicu oleh genetik atau lingkungan, penyebab pasti diabetes melitus tipe 1 tidak sepenuhnya diketahui.
Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM = Non-Insulin-Dependent-Diabetes-Mellitus)
Merupakan Jenis Diabetes melitus yang paling sering berkembang secara bertahap seiring dengan usia yang ditandai dengan resistensi insulin dalam tubuh. Karena kinerja insulin tidak berfungsi dengan baik, beberapa sel lemak tubuh, sel hati, dan sel-sel otot tidak dapat mengambil dan menyimpan glukosa. Kegagalan penyimpanan glukosa ini mengakibatkan kadar glukosa berada dalam darah sangat tinggi. Penumpukan glukosa (gula darah) berlebihan dapat menyebabkan risiko infeksi dan gangguan fungsi tubuh. Diabetes melitus tipe 2 terjadi paling sering pada orang yang kelebihan berat badan karena lemak yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin. Namun demikian, tipe 2 juga dapat terjadi pada orang kurus dan orang tua. Riwayat keluarga atau genetik memainkan peran utama dalam diabetes melitus tipe 2 dikombinasi dengan pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat tersebut meliputi aktivitas fisik yang kurang dan pola makan yang tidak sehat .
Diabetes Gestational
Merupakan jenis diabetes melitus yang terjadi pada saat hamil sebagai akibat dari peningkatan gula darah selama kehamilan. Diabetes gestasional telah diketahui mempengaruhi sekitar 3-8 persen wanita. Jika Diabetes Gestasional dibiarkan tidak terdiagnosis atau tidak diobati, maka dapat menyebabkan masalah seperti berat lahir bayi besar (lebih dari 4 kilogram), masalah pernapasan pada bayi dan kesulitan saat persalinan normal. Diabetes Gestational biasanya sembuh pada ibu setelah bayi lahir, tetapi statistik menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki diabetes gestasional memiliki kesempatan yang jauh lebih besar terkena diabetes melitus tipe 2 dalam waktu lima sampai 10 tahun berikutnya.
Prediabetes
(Pre=sebelum, atau hampir), Merupakan kondisi yang sangat bepotensi menjadi diabetes melitus yang ditandai dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi untuk dianggap normal tetapi belum cukup tinggi untuk berada di kisaran diagnosis diabetes melitus yang khas. Pradiabetes tidak hanya meningkatkan resiko terkena diabetes melitus, tetapi juga penyakit jantung. Kriteria prediabetes menurut PERKENI, HbA1C 5,7-6,4 ; kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl serta kadar glukosa plasma 2 jam setelah makan 140-199 mg/dl
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.