Ketika mendengar nama Femara, barangkali pikiran sebagian dari Anda akan tertuju pada pengobatan kanker. Anda benar. Femara yang diproduksi oleh Novartis Indonesia ini adalah obat yang umum digunakan pada pengobatan kanker payudara.
Meski demikian, Femara tidak hanya dipakai dalam terapi dan pengobatan onkologi. Untuk mengetahui seperti apa cara kerja dan manfaat Femara, simak ulasan berikut, ya.
Fungsi Femara pada pengobatan kanker payudara
Kandungan letrozole membuat Femara sering dijadikan pilihan untuk mengobati kanker payudara. Biasanya, Femara diberikan pada pasien kanker payudara yang ada dalam masa post-menopause.
Letrozole adalah obat golongan aromatase inhibitor. Letrozole termasuk ke dalam pengobatan kanker payudara hormonal (endokrin). Pertumbuhan kanker payudara sering dirangsang oleh hormon estrogen, yang merupakan hormon seks wanita.
Letrozole dapat mengurangi jumlah hormon estrogen dengan memblokir aromatase yang terlibat dalam produksi estrogen. Dengan begitu, pertumbuhan sel-sel kanker menjadi lambat, bahkan berhenti.
Selain digunakan sebagai pengobatan pertama baik pada pasien yang bisa dioperasi maupun tidak, letrozole bisa menjadi pilihan bagi orang-orang yang telah menjalani pengobatan kanker dengan tamoxifen selama lima tahun. Penggunaan letrozole pun dinilai efektif untuk mencegah penyebaran sel-sel kanker, termasuk pada pasien lanjut usia.
Dosis penggunaan Femara pada pasien kanker payudara
Femara adalah obat keras. Karena itu, obat ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan ketat dokter.
Femara beredar di pasaran dalam kemasan tablet 2,5 mg. Dosis yang dianjurkan untuk pengobatan kanker payudara adalah 1 tablet per hari. Dalam pengobatan kanker payudara, obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh pasien pra-menopause.
Selain itu, para pasien yang sedang hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan Femara. Anda yang mengidap penyakit ginjal dan hati yang parah, serta mengalami osteoporosis diharuskan untuk mengonsultasikan kondisi Anda kepada dokter sebelum menggunakan obat ini
Fungsi Femara pada terapi kesuburan
Femara ternyata juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah ovulasi. Cara kerja Femara dalam terapi kesuburan cukup unik karena kandungan letrozole di dalamnya merupakan anti-estrogen.
Letrozole bekerja dengan memblokir aromatase. Zat yang terakhir disebut itu merupakan enzim terlibat dalam proses produksi estrogen. Jika aromatase diblokir, produksi estrogen juga rendah. Kondisi ini ibarat sinyal bagi kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon luteinizing yang merangsang ovarium untuk memproduksi estrogen.
Femara biasanya juga diberikan pada wanita yang tidak cocok (resistensi) terhadap obat kesuburan jenis clomid. Jika dalam tiga siklus--bahkan setelah dosis dinaikkan--clomid tidak mampu menstimulasi ovulasi, pengobatan biasanya akan dialihkan pada penggunaan femara.
Penelitian berjudul 'Letrozole Versus Clomiphene for Infertility in the Polycystic Ovary Syndrome' yang tayang di NCBI pada 2014 menunjukkan bahwa 103 dari 374 wanita yang mengalami gangguan hormon dalam masa subur (PCOS) dan mengonsumsi letrozole akhirnya dapat hamil. Itu berarti, tingkat keberhasilannya mencapai 27,5%.
Sementara, tingkat kesuksesan (kehamilan -ed) pada wanita yang menjalani pengobatan dengan clomiphene hanya mencapai 19,1%, yaitu 72 dari 376 orang.
Dalam program kesuburan dan kehamilan, dokter umumnya akan merekomendasikan pasien untuk mengonsumsi Femara selama lima hari dalam siklus. Meski demikian, pengobatan dan perawatan setiap orang bisa berbeda-beda.
Perlu digarisbawahi bahwa dalam program kehamilan, fungsi Femara yang dimanfaatkan tidak sama dengan fungsi Femara pada pengobatan kanker payudara post-menopause. Karena itu, berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
Baca juga: 8 Obat Kesuburan Terbaik untuk Wanita dengan PCOS dan Gangguan Ovulasi
Waspadai risiko efek samping Femara
Meski manfaatnya besar, tentu penggunaan Femara tidak terlepas dari risiko efek samping. Berikut efek samping yang bisa terjadi:
- Kesulitan tidur;
- Merasa lelah;
- Perubahan nafsu makan;
- Muka merah dan berkeringat;
- Vagina kering dan gatal;
- Pendarahan pada vagina;
- Nyeri otot dan sendi;
- Rambut rontok;
- Penurunan mood atau suasana hati;
- Tangan kebas atau kesemutan;
- Perubahan pada kulit, termasuk ruam.
Hentikan penggunaan Femara jika mengalami satu atau sejumlah efek samping tersebut. Segera berkonsultasi dengan dokter Anda untuk penanganan dan perawatan lebih lanjut.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.