Penyakit jantung merupakan salah satu jenis gangguan medis kronis yang patut diwaspadai, termasuk oleh ibu hamil. Jenis penyakit jantung yang berisiko terjadi pada ibu hamil adalah kardiomiopati peripartum (peripartum cardiomyopathy).
Gangguan kesehatan tersebut umumnya dialami oleh ibu hamil menjelang atau setelah persalinan. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan secara berkala, terutama di trimester terakhir, sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bahkan mencegah kardiomiopati peripartum.
Baca juga: Hati-hati, Ibu Hamil Rentan Alami 7 Keluhan Ini!
Apa itu kardiomiopati peripartum?
Kardiomiopati peripartum menyebabkan masalah pada otot jantung ibu hamil. Kondisi ini dapat terjadi selama kehamilan, terutama di trimester kehamilan ketiga jelang waktu persalinan atau sekitar 5 bulan pasca-persalinan.
Ketika mengalami kardiomiopati peripartum, ruang jantung akan membesar dan otot jantung melemah. Akibatnya, jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh sehingga dapat meningkatkan risiko gagal jantung.
Dalam kondisi kehamilan normal, jantung seharusnya bisa memompa darah hingga 50 persen atau lebih. Jangan lupa bahwa aliran darah ini turut mengangkut oksigen dan nutrisi penting bagi pertumbuhan bayi dalam kandungan.
Meski hingga sekarang belum diketahui penyebab pastinya, kardiomiopati peripartum dapat dipicu oleh faktor-faktor berikut:
- Obesitas;
- Tekanan darah tinggi;
- Diabetes;
- Malnutrisi;
- Penyakit jantung, termasuk miokarditis;
- Kebiasaan merokok dan minum alkohol;
- Kehamilan bayi kembar;
- Hamil saat berusia 30 tahun ke atas.
Baca juga:
Lebih Berisiko, Begini Cara Menjaga Kesehatan Saat Hamil Kembar
Kenali gejala kardiomiopati peripartum
Gejala kardiomiopati peripartum cenderung menyerupai gejala gagal jantung yang meliputi:
- Percepatan detak jantung;
- Nyeri dada;
- Kelelahan yang berlebihan;
- Mudah lelah saat beraktivitas;
- Sesak atau sulit bernapas;
- Pembengkakan pada kaki;
- Peningkatan buang air kecil saat malam hari.
Jika ibu hamil mengalami salah satu atau beberapa kardiomiopati peripartum, segera berkonsultasi ke dokter. Tes darah dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui suara abnormal pada jantung merupakan langkah awal dalam mendiagnosis gejala kardiomiopati peripartum.
Selain kedua tindakan tersebut, pemeriksaan-pemeriksaan radiologi ini diperlukan untuk mendiagnosis kardiomiopati kardium:
- Rontgen dada;
- CT scan: Untuk mengetahui gambaran jantung secara detail;
- Pemindaian jantung: Untuk menunjukkan ruang jantung;
- Ekokardiogram: Merupakan pemeriksaan dengan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk struktur dan pergerakan organ jantung.
Baca juga: Digoxin sebagai Obat Penyakit Jantung
Bagaimana cara mengobati kardiomiopati peripartum?
Penanganan dan pengendalian risiko merupakan cara terbaik untuk mengatasi kardiomiopati peripartum. Pasalnya, hingga sekarang belum ditemukan penyebab dan pengobatan untuk menyembuhkan kardiomiopati peripartum. Dalam tingkat kerusakan organ jantung yang parah, transplantasi jantung bahkan diperlukan.
Langkah untuk membantu mengendalikan penyakit jantung ini adalah dengan pemberian obat-obatan tertentu, seperti:
- Obat beta blocker: Digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah dengan memblokir hormon adrenalin;
- Obat digitalis: Digunakan untuk memperkuat fungsi jantung dalam meningkatkan pompa jantung dan sirkulasi darah agar bekerja normal;
- Obat diuretik: Digunakan untuk menurunkan tekanan darah serta membuang kandungan air dan garam berlebih dari dalam tubuh melalui urine;
- Obat ACE inhibitor: Digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi kerja jantung;
- Obat antikoagulan: Digunakan untuk membantu mengencerkan darah dan mencegah terjadinya pembekuan darah.
Penderita peripartum kardiomiopati juga disarankan untuk menjalani diet rendah garam untuk mengelola tekanan darah dan menghindari kebiasaan merokok serta mengonsumi minuman beralkohol.
Kardiomiopati peripartum yang tidak tertangani dengan baik dapat meningkatkan risiko komplikasi, mulai dari aritmia jantung, pembekuan darah di paru-paru, gagal jantung kongestif, hingga kematian ibu dan janin.
Penanganan kardiomiopati peripartum yang tepat dapat meningkatkan potensi membaiknya kondisi ibu hamil setelah melahirkan. Oleh karenanya, pemeriksaan kehamilan secara berkala penting dilakukan.
Baca juga: Pahami Jadwal Pemeriksaan Kehamilan yang Tepat
Bagaimana cara mencegah kardiomiopati peripartum?
Selain pemeriksaan kehamilan rutin, ibu hamil perlu menerapkan pola hidup sehat demi menurunkan risiko kardiomiopati peripartum. Bentuk pola hidup sehat yang bisa diterapkan, antara lain mengonsumsi makanan sehat rendah lemak, melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan secara teratur, serta menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
Para wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan berikutnya yang memunculkan risiko kardiomiopati peripartum.
Akan tetapi perlu diingat bahwa kondisi setiap ibu hamil berbeda. Biasanya, kondisi jantung akan kembali membaik setelah masa persalinan. Maka dari itu, dalam kasus kardiomiopati peripartum, pemeriksaan mendetail yang dilanjutkan dengan penanganan tepat sangat penting dilakukan.
Baca juga: Tampak Mirip, Ini Bedanya Gagal Jantung, Serangan Jantung, dan Henti Jantung
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.