Dexamethasone adalah obat kortikosteroid jenis glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi, imunosupresan, dan anti inflamasi. Obat ini 20-30 kali lebih kuat daripada hydrocortisone dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison. Obat Dexamethasone tersedia dalam bentuk cairan infus, cairan suntik, suspensi suntik, tablet oral, serta sirup. Tersedia dalam kadar 0.5 mg atau 0.75 mg.
Mengenai Dexamethasone
Jenis Obat | Obat Kortikosteroid |
Kandungan | Kortikosteroid |
Kegunaan | Obat anti alergi, imunosupresan, anti inflamasi |
Kategori | Obat dengan resep dokter |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori C (setelah trimester pertama) dan Kategori D (saat trimester ketiga) |
Kemasan | Tablet, sirup, suntik, dan infus |
Manfaat Dexamethasone
Berikut ini adalah beberapa kegunaan Dexamethasone:
- Sebagai anti inflamasi, misalnya radang reumatik, infeksi kulit, infeksi mata, radang usus (Chron’s Disease atau Ulcerative Colitis) dan alergi (asma bronkial dan dermatitis).
- Menangani penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis, penyakit SLE, sarkoidosis, multiple myeloma, multiple sclerosis dan penyakit keganasan sistem limfatik.
- Terapi pendukung kemoterapi kanker bagi pasien kanker. Obat ini bisa menangkal perkembangan edema pada pasien tumor otak. Sebagai agen kemoterapi, obat ini digunakan untuk pengobatan multiple myeloma baik tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat-obat seperti thalidomide, lenamide, bortezomidib, kombinasi dari adriamycin dan vincristine atau velcade dan revlimid.
- Membantu proses pembentukan organ paru-paru bayi prematur. Dexamethasone sering diberikan pada ibu hamil yang memiliki risiko melahirkan secara prematur. Pemberian obat ini bertujuan untuk mematangkan organ paru-paru janin. Pengobatan harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat dari dokter karena penggunaan obat ini secara tidak tepat dapat meningkatkan risiko cacatnya janin.
- Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses pencakokkan organ.
- Terapi untuk Cushing’s Syndrome, edema pada makula dan penyakit Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK).
Dexamethasone juga berguna untuk mengobati beberapa kondisi berikut:
- Asma bronkhial
- Penyakit sistemik lupus eritematosus
- Kanker sistem limfatik
- Mual dan muntah saat kemoterapi. Dexamethasone dapat digunakan bersama obat antiemetik seperti ondansetron.
Obat dexamethasone bekerja dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari proses sintesa protein.
Sebagai anti inflamasi, obat ini bekerja dengan cara:
- Mengurangi proses inflamasi dengan membuat membran leukosit lisosom menjadi stabil, sehingga pelepasan hidrolase asam yang merusak leukosit dapat dicegah.
- Mengurangi proses penarikan makrofag menuju tempat yang mengalami peradangan.
- Mengurangi proses pembentukan edama dan mengurangi permeabilitas dinding kapiler.
- Mengurangi proses pelepasan histamin dan kinin dari substrat.
- Mengurangi proses pembentukan fibroblast dan jaringan parut.
- Mengurangi proses penyerapan kalsium dari saluran cerna dan meningkatkan proses pembuangan kalsium lewat ginjal.
- Mengurangi aktivitas limfatik, volume limfatik, dan produksi limfosit.
- Mengurangi kadar imunoglobulin, kadar komplemen dan kompleks imun lain pada celah bawah membran.
- Mengurangi reaktivasi jaringan untuk membentuk interaksi antigen-antibodi.
- Meningkatkan proses pembentukan sel eritroid di dalam sumsum tulang dan memperpanjang usia hidup eritrosit dan trombosit.
- Meningkatkan proses pembentukan glukosa dari hati, meningkatkan pemecahan protein dan pemindahan lemak dari pinggiran ke bagian tengah tubuh.
Kontraindikasi Dexamethasone
Dexamethasone tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi-kondisi berikut:
- Riwayat hipersensitif terhadap obat golongan kortikosteroid
- Tukak lambung
- Osteoporosis
- Diabetes melitus
- Infeksi jamur sistemik
- Glaukoma
- Psikosis & psikoneurosis berat
- Penderita TBC aktif
- Infeksi akut
- Infeksi herpes mata (herpes ocular)
- Herpes zoster
- Herpes simplex
- Osteoporosis
- Sindrom Cushing
- Gangguan fungsi ginjal
- Sedang menjalani vaksinasi
- Ibu hamil atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan
Efek Samping Dexamethasone
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaan Dexamethasone:
- Meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga pemberian obat ini pada penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari.
- Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun tulang menyusut drastis. Oleh karena itu, penggunaan Dexamethasone pada pasien yang memiliki risiko besar seperti usia lanjut sangat tidak dianjurkan. Penggunaan pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan, khususnya pertumbuhan tulang.
- Mempengaruhi proses metabolisme lemak termasuk distribusinya di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan efek di beberapa bagian tubuh seperti wajah yang kelihatan lebih tembem (peningkatan berat badan). Efek samping ini sering disalahgunakan dengan cara menambahkan obat ini ke dalam produk-produk penambah berat badan ilegal.
- Obat ini menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit berkurang dan mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan sistem kekebalan tubuh akibat pemakaian Dexamethasone.
- Gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah.
- Infeksi jamur, kebingungan, gangguan tidur, lemah otot, menstruasi tidak lancar dan gangguan pertumbuhan.
- Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan timbulnya acne, gangguan siklus haid, impotensi, hilangnya gairah seksual, membuat lemak pada tubuh menurun serta berpindah pada bagian tubuh yang tidak diinginkan, dan dapat membuat kulit lebih sensitif sehingga mudah untuk timbul kemerahan.
Hentikan pemakaian Dexamethasone bila Anda mengalami efek samping seperti di atas. Konsultasikan dan lakukan pemeriksaan ke dokter yang memberikan Anda obat tersebut sehingga dapat dipikirkan alternatif lain sebagai solusi masalah kesehatan Anda.
Dosis Dexamethasone
Dexamethasone diberikan dengan dosis:
- Dewasa untuk mengobati anti inflamasi: oral, injeksi intravena dan intramuskular (sebagai natrium fosfat); 0.75-9 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 - 12 jam.
- Dewasa untuk mencegah mual atau muntah akibat kemoterapi atau pasca operasi: 10-20 mg secara oral atau injeksi intravena; 15-30 menit setiap sebelum pengobatan.
- Dewasa untuk kemoterapi melalui continuous infusion: 10 mg secara oral atau injeksi intavena setiap 12 jam setiap kali pengobatan.
- Dewasa untuk terapi emetogenik ringan: 4 mg oral, injeksi intravena atau intramuskular setiap 4-6 jam.
- Dewasa untuk mengobati multiple myeloma: oral, injeksi intravena; 40 mg/hari; hari ke 1-4, 9-12, dan 17-20, diulang setiap 4 minggu (tunggal atau sebagai bagian dari terapi).
- Dewasa untuk mengobati multiple sclerosis: oral; 30 mg/hari selama 1 minggu, diikuti oleh 4-12 mg/hari selama 1 bulan.
- Anak-anak untuk anti inflamasi: 0.08-0.3 mg/kg berat badan/hari atau 2.5-5 mg/m2/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam.
- Anak-anak untuk mengobati asma akut: oral, intravena, dan intramuskular; 0.6 mg/kg berat badan sekali dengan dosis maksimum sampai 16 mg.
Interaksi Obat Dexamethasone
Berikut adalah interaksi obat Dexamethasone dengan obat-obat lain :
- Penggunaan bersama aminoglutethimide, dapat menurunkan kadar deksametasonmelalui induksi enzim mikrosomal, sehingga mengurangi efek farmakologis Dexamethasone.
- Apabila diberikan bersamaan dengan kalium-depleting agent (seperti amfoterisin B dan diuretik), pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia.
- Kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah, oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin diperlukan.
- Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan dengan Dexamethasone.
- Cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid sehingga menurunkan kadar dan efek farmakologisnya.
- Penggunaan vaksin hidup pada pasien yang menggunakan Dexamethasone sebaiknya dihindari. Obat golongan kortikosteroid menurunkan sistem imun tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
- Anti jamur azole seperti ketoconazole (Mycoral) dapat mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
- Aspirin atau NSAID lainnya (asam mefenamat, ibuprofen, ketoprofen dll) dapat meningkatkan risiko efek samping pendarahan pada saluran pencernaan.
- Suplemen vitamin A
- Barbiturate
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat Dexamethasone adalah sebagai berikut :
- Berikan informasi kepada dokter bila Anda memiliki riwayat penyakit lainnya, seperti diabetes mellitus (kencing manis), gangguan sistem otot, penyakit jantung ataupun pembuluh darah, penyakit ginjal, glaukoma, katarak, kelainan sistem pembekuan darah, osteoporosis, miastenia gravis, penyakit hati (liver), gangguan mental, tekanan darah tinggi, dan infeksi paru-paru (seperti TBC Paru).
- Penderita gangguan pencernaan seperti tukak lambung dan kolitis ulceratif sebaiknya hati-hati jika menggunakan Dexamethasone, karena beresiko terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan.
- Jangan menghentikan pemakaian obat ini secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter terutama pada penggunaan jangka panjang karena dapat mengakibatkan gejala-gejala seperti mialgia, artralgia dan malaise.
- Obat-obat sistemik kortikosteroid diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI). Karena efek obat ini bisa menggangu pertumbuhan, mengganggu produksi kortikosteroid endogen, atau efek yang tak diinginkan lainnya, ibu menyusui sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
- Beritahukan kepada dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini atau obat-obat lainnya.
- Obat Dexamethasone (sistemik) tidak boleh digunakan oleh penderita cacar air dan campak karena bisa menyebabkan akibat yang sangat buruk atau bahkan mematikan. Hindari berada di dekat orang yang menderita cacar air atau campak jika Anda belum pernah mengalami ini sebelumnya.
- Penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan katarak atau glaukoma.
- Jika digunakan secara jangka panjang, obat ini dapat menyebabkan kerapuhan tulang (osteoporosis).
- Konsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan vaksin apa pun. Penggunaan vaksin dengan Dexamethasone (sistemik) dapat meningkatkan kemungkinan infeksi atau membuat vaksin tidak berfungsi juga.
- Gunakan obat ini sesuai dengan aturan. Jangan minum obat ini dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari yang dianjurkan.
- Hindari penggunaan obat ini dengan suplemen vitamin A, barbiturat, fenobarbital, rifampicin, fenitoin, serta antibiotik lainnya.
- Jika baru saja menderita penyakit cacar ular (Herpes Zoster), cacar air, dan campak, maka sebaiknya dapat menginformasikan kepada dokter karena penggunaan obat ini dalam kondisi yang demikian perlu dihindari, sebab sistem kekebalan tubuh dapat melemah.
Penggunaan obat Dexamethasone untuk Ibu Hamil
Obat ini termasuk dalam Kategori C bila dikonsumsi setelah kehamilan melewati trimester pertama, yang artinya studi pada binatang percobaan menunjukan suatu reaksi efek samping terhadap janin, namun untuk wanita hamil sendiri belum ada studi kontrolnya. Obat Dexamethasone ini hanya dapat dipergunakan bila memiliki manfaat yang lebih besar dan juga yang diharapkan melebihi daripada besarnya risiko terhadap janin.
Bila dikonsumsi pada kehamilan trisemester pertama, maka obat ini termasuk dalam Kategori D, yaitu terdapat bukti yang benar menunjukkan risiko terhadap janin manusia, dan hanya dapat digunakan bila memiliki manfaat yang lebih besar daripada risikonya, seperti untuk kasus yang dapat mengancam jiwa baik ibu atau janin di kandungannya.
Dexamethasone dengan mudah dapat menembus plasenta atau masum dalam kandungan ASI. Meskipun demikian, perlu diwaspadai efek samping yang ditimbulkan terhadap si kecil, yaitu dapat menghambat pertumbuhan, dapat mengganggu produksi endogenous corticosteroid, serta beberapa efek samping yang tidak diinginkan lainnya untuk si kecil.
Jika pemberian obat-obat kortikosteroid dalam jangka panjang atau diulang selama kehamilan, resiko penghambatan pertumbuhan intrauterin dapat meningkat. Beberapa gejala supresi adrenal pada janin akibat penggunaan obat ini selama kehamilan biasanya akan hilang setelah bayi lahir.
Artikel terkait: