Obat Sakit Tipes yang Bisa Dibeli di Apotek

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 9 menit
Obat Sakit Tipes yang Bisa Dibeli di Apotek

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Sakit tipes (demam tifoid) dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang telah menyebar ke makanan atau minuman yang akan dikonsumsi
  • Tipes umumnya terjadi di negara berkembang dan mudah menyerang anak-anak karena disebabkan oleh sistem imun yang masih lemah
  • Gejala penyakit tipes antara lain demam tinggi, diare atau sembelit, sakit kepala, sakit perut, hingga penurunan nafsu makan
  • Umumnya penyakit tipes diobati dengan obat antibiotik serta obat pereda rasa sakit dan multivitamin untuk menjaga stamina tubuh dan mempercepat pemulihan
  • Jenis antibiotik yang bisa dijadikan obat sakit tipes untuk bantu redakan gejalanya adalah Kloramfenikol, Amoksisilin, Ciprofloxacin, Ofloxacin, dan Levofloxacin
  • Memperbanyak istirahat dan minum air putih yang banyak juga sangat penting untuk membantu proses penyembuhan penyakit tipes
  • Klik untuk membeli obat antibiotik dalam mengatasi tipes langsung ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD
  • Bila alami demam, segera lakukan tes profil demam dan dapatkan promo menarik dengan pemesanan melalui HDmall
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan

Antibiotik merupakan obat sakit tipes paling efektif yang harus diberikan sesegera mungkin sebelum berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius, seperti perdarahan atau perforasi usus.

Tipes atau demam tifoid sebenarnya berbeda dengan tifus (typhus). Jika tipes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang biasanya masuk melalui makanan atau minuman yang telah tercemar feses atau air seni penderitanya. Sedangkan tifus atau typhus disebabkan oleh bakteri Rickettsia yang penyebarannya melalui perantara tikus atau binatang pengerat lainnya. 

Penyakit tipes cukup banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Selatan. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih sering terserang penyakit tipes. Hal ini terjadi karena anak-anak umumnya memiliki sistem imun yang masih lemah ditambah dengan kebiasaan menyentuh apapun yang ada sehingga tidak terjamin kebersihannya.

Ketika penyakit tipes menyerang, penderita akan mengalami beberapa gejala, seperti demam tinggi hingga 40ÂșC, diare atau sembelit, sakit kepala, sakit perut hingga menurunnya nafsu makan. Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini akan membuat usus menjadi terluka dan menyebabkan perdarahan atau perforasi (kebocoran) usus.

Umumnya penyakit tipes dapat diobati dengan pemberian antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan obat pereda rasa sakit dan multivitamin untuk menjaga stamina tubuh dan mempercepat pemulihan. Berikut ini beberapa jenis antibiotik dan obat lainnya yang dapat dikonsumsi ketika tipes.

Baca juga: Perbedaan Tifoid Tipes dan Tipus

Apa saja obat antibiotik untuk sakit tipes?

Pemberian antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab tipes. Obat sakit tipes ini juga dapat diberikan selama minimal 7-14 hari. Meskipun tubuh terasa mulai membaik setelah 2-3 hari, tetapi pemberian antibiotik harus terus dilanjutkan sampai habis guna memastikan bakteri penyebab tipes (Salmonella typhi) benar-benar mati dan hilang dari tubuh.

Pemberian obat tipes berupa antibiotik hanya dapat diperoleh di apotek dengan menggunakan resep dokter. Selalu ikuti anjuran dokter dalam mengonsumsinya untuk memastikan sakit tipes dapat sembuh tuntas tanpa kambuh kembali.

Beberapa antibiotik yang dapat digunakan sebagai obat untuk tipes, antara lain:

1. Kloramfenikol

Kloramfenikol efektif dalam melawan bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik ini bersifat bakteriostatik dan bakterisid yang secara efektif dapat membasmi dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein melalui disosiasi ribosom menjadi sub unit besar (50 S) karena ketika sintesis protein terganggu maka bakteri tidak dapat berkembang biak ataupun menyebar.

Kloramfenikol (chloromycetin) bisa dikonsumsi secara oral atau diberikan lewat intravena (suntikan IV), tetapi dosis yang diberikan akan disesuaikan dengan berat badan dan usia.

2. Amoksisilin

Amoksisilin (amoxicillin) menjadi salah satu jenis antibiotik yang paling banyak digunakan sebagai obat sakit tipes dan berbagai jenis infeksi lainnya karena mudah diserap oleh usus. Bahkan setiap tahunnya, Indonesia mengimpor bahan baku amoksisilin hingga 2.600 ton untuk diolah dan dipasarkan sebagai obat generik maupun obat merek, seperti trimox, amoxil, biomox dan lainnya.

Keefektifannya dalam meredakan demam dan mencegah kambuhnya infeksi setara dengan kloramfenikol. Zat aktif di dalamnya (beta-laktam) mampu mencegah sintesis dinding sel bakteri dengan cara menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri sehingga bakteri pun tidak dapat berkembang biak. Antibiotik ini biasanya diberikan secara oral dengan dosis harian 75-100 mg/kg selama 14 hari.

3. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon generasi ke-2 yang memiliki spektrum luas sehingga efektif dalam melawan bakteri gram negatif dan gram positif seperti Pseudomonas, Streptococci, MRSA, Staphylococcus epidermidis, namun kurang efektif dalam melawan bakteri Anaerob.

Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase tipe II (DNA Gyrase) dan topoisomerase IV yang berperan dalam pembentukan DNA sel bakteri. Penggunaan Ciprofloxacin sebagai obat tipes dilakukan selama 7-14 hari dan tetap dilanjutkan selama minimal 2 hari setelah gejalanya hilang. Jika tipes disertai muntah atau diare, sebaiknya antibiotik ini diberikan secara intravena atau melalui infus.

4. Sulfamethoxazole dan Trimethoprim (Cotrimoxazole)

Sulfamethoxazole sendiri merupakan bakteriostatik sedangkan trimethoprim berfungsi sebagai bakterisida. Kombinasi keduanya cukup ampuh digunakan sebagai obat untuk tipes dan beberapa infeksi lainnya, seperti infeksi saluran kemih dan pneumonia. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis asam dihidrofolik sehingga mampu mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri.

5. Cefotaxime

Cefotaxime merupakan salah satu antibiotik golongan sefalosporin yang bersifat bakterisid. Mekanisme kerjanya mirip dengan penisilin, yaitu dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.

Antibiotik ini lebih efektif dalam melawan bakteri gram negatif dibandingkan gram positif sehingga sangat cocok dipergunakan sebagai obat tipes karena memiliki aktivitas in vitro yang sangat baik terhadap bakteri Salmonella typhi dan jenis Salmonella lainnya. Ketersediaanya, hanya dalam bentuk intravena yang diberikan melalui suntikan ke dalam otot atau pembuluh darah sesuai petunjuk dokter.

6. Azitromisin 

Obat tipes di apotik selanjutnya yaitu antibiotik azitromisin. Antibiotik ini termasuk dalam golongan makrolida dan efektif dalam melawan infeksi bakteri ringan sampai sedang. Cara kerjanya dengan menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat ribosom subunit besar (50S). Antibiotik ini sangat ampuh untuk mengobati penyakit tipes tanpa komplikasi pada anak-anak berusia 4 sampai 17 tahun. Ketersediannya dalam bentuk oral dengan dosis minimal 10 mg/kg bb sehari sekali.

7. Ceftriaxone (Rocephin) 

Antibiotik ini merupakan generasi ketiga dari sefalosporin yang memiliki spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone menjadi salah satu obat sakit tipes di apotik yang cukup banyak dipergunakan berkat keefektifannya dalam melawan Salmonella typhi yang merupakan penyebab tipes. Obat ini dapat membantu menurunkan demam dan harus dikonsumsi secara utuh langsung dengan air putih.

Ceftriaxone mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan pada satu atau beberapa ikatan protein-penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) sehingga pada akhirnya bakteri akan mengalami lisis berkat aktivitas enzim autolitik yang terjadi saat dinding sel bakteri terhambat. Tetapi penggunaan Ceftriaxone hanya boleh digunakan dalam waktu singkat dan tidak boleh dikombinasikan dengan obat lain.

8. Cefoperazone 

Sama halnya dengan sefalosforin generasi ketiga lainnya, antibiotik ini mampu meningkatkan dan memperluas spektrum aktivitas terhadap bakteri gram negatif dibanding pendahulunya. Cefoperazone bekerja dengan cara menghambat biosintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri sehingga terjadi kebocoran sel bakteri dan bakteri lisis. Ketersediaannya hanya dalam bentuk serbuk injeksi yang dapat diberikan secara intravena atau intramuskular.

9. Ofloxacin 

Ofloxacin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid dan termasuk golongan kuinolon generasi ke 2 yang mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Dalam membunuh bakteri, antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat dua tipe enzim II topoisomerase (DNA Gyrase dan topoisomerase IV). 

Mekanisme kerjanya pun tidak tergantung pada RNA dan sintesis protein sehingga membuat ofloxacin juga digolongkan sebagai salah satu obat sakit tipes untuk orang dewasa (tidak dianjurkan diberikan pada anak-anak karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang).

10. Levofloxacin

Levofloxacin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon berspektrum luas yang tentunya aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Levofloxacin digolongkan sebagai bakterisida karena dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat dua tipe enzim II yakni DNA Gyrase dan topoisomerase IV.

Levofloxacin biasanya hanya digunakan ketika antibiotik lainnya tidak dapat mengatasi infeksi yang ada. Jadi artinya, antibiotik ini bukan menjadi pilihan utama sebagai obat sakit tipes di apotik namun lebih sebagai alternatif obat.

Obat sakit tipes di apotik selain antibiotik

Selain antibiotik, penderita tipes juga dapat mengonsumsi beberapa obat pereda demam, antimual, anti nyeri dan multivitamin untuk membantu meringankan gejala serta mempercepat penyembuhan, seperti:

1. Paracetamol atau ibuprofen

Untuk menurunkan panas dan meredakan nyeri atau sakit kepala, penderita tipes dapat mengonsumsi obat paracetamol atau ibuprofen. Perlu diingat bahwa penggunaan kedua obat ini hanya untuk membantu menurunkan gejalanya saja bukan untuk menghilangkan sumber penyakitnya.

Meskipun sama-sama sebagai obat pereda rasa sakit, namun keduanya memiliki perbedaan. Paracetamol tidak termasuk golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dan memiliki efek samping yang relatif lebih ringan. Sedangkan ibuprofen merupakan golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang memiliki efek samping yang cukup serius seperti sesak napas dan dalam penggunaan jangka panjang bahkan dapat merusak fungsi ginjal.

Mengingat efek sampingnya tersebut terutama pada anak-anak, pemberian paracetamol sebagai penurun panas lebih disarankan daripada ibuprofen. Penggunaan obat demam tipes yang satu ini dapat diperoleh bebas di apotek tanpa perlu resep dari dokter. Namun selalu perhatikan aturan pakainya yang tertera pada label obat.

2. Ranitidin

Obat sakit tipes di apotik lainnya yang dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala tipes khususnya mual, yakni ranitidin. Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi mual secara langsung, mengingat mekanisme kerjanya yang mampu menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel parietal lambung.

Ada beberapa merek dagang obat yang mengandung ranitidin, seperti Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin, Gastridin, Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Ranin, Ranivel, Ranticid, Rantin, Ratan, Ratinal, Renatac, Scanarin, Tricker, Tyran, Ulceranin, Wiacid, Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar.

3. Ondansetron atau domperidone 

Untuk mengatasi gejala muntah pada kasus tipes, penderitanya dapat mengonsumsi obat ondansetron atau domperidone. Meskipun keduanya dapat digunakan sebagai obat muntah, namun memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Domperidone merupakan antagonis dopamin yang bekerja pada chemoreceptor trigger zone yang berada diluar saluran darah otak di area postrema.

Sedangkan ondansetron merupakan antagonis reseptor serotonin tipe 5-HT3 yang memiliki efek samping esktrapiramidal yang lebih besar dibandingkan antagonis dopamin. Meski begitu, efikasi dalam mengatasi muntah juga jauh lebih baik dibandingkan antagonis dopamin. Ini juga yang menjadi alasan mengapa ondansetron lebih sering digunakan sebagai terapi mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi atau radioterapi.

4. Kortikosteroid (deksametason)

Penggunaan obat kortikosteroid seperti deksametason sebagai obat tipes hanya dikhususkan pada kasus yang berat. Deksametason sendiri merupakan obat kortikosteroid yang memiliki kekuatan 20-30 kali lebih kuat dibandingkan hydrocortisone dan 5-7 kali lebih kuat dibandingkan prednison sebagai obat anti inflamasi.

Mekanisme kerja obat ini dengan membentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor yang berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang menjadi bagian dari proses sintesis protein. Tujuan penggunaannya tentu saja untuk mengendalikan peradangan hebat akibat penyakit tipes.

5. Multivitamin

Seperti yang kita ketahui, seseorang yang terserang tipes nafsu makannya cenderung berkurang. Kondisi ini tentu saja berpengaruh langsung terhadap kerja organ tubuh yang melemah akibat kekurangan nutrisi penting. Bila kondisi ini terus berlanjut, tentu saja tubuh akan semakin kewalahan dalam melawan virus.

Untuk menyiasatinya, mengonsumsi multivitamin yang mengandung vitamin A, B, D, asam folat, magnesium, mangan dan beberapa nutrisi penting lainnya menjadi solusi yang bijak. Dengan mengonsumsi multivitamin sesuai aturan pakainya, maka stamina tubuh pun senantiasa terjaga. Tubuh akan berada dalam kondisi bugar dalam melawan virus karena kebutuhan organ tubuh akan nutrisi penting yang hilang akibat asupan makanan yang berkurang dapat terpenuhi.

Ada beberapa multivitamin bermerek yang dapat ditemui di apotek. Konsultasikan dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum membeli atau menggunakannya.

Kenali gejala tipes dengan baik, segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami demam tinggi selama 5-6 hari terutama di waktu sore dan malam hari. Curigai juga gejala lainnya seperti diare atau sembelit, sakit perut, bibir kering (merah pada tepi lidah dan tengahnya berlapis putih), muntah dan lain sebagainya. Lakukan tes tambahan seperti tes Widal atau tes TUBEX yang lebih akurat dalam diagnosis infeksi akut pada tipes.

Baca juga: Makanan Untuk Penderita Tipes Agar Cepat Sembuh 

Selain mengonsumsi obat sakit tipes di atas, pastikan juga untuk memperbanyak istirahat serta memperbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan sehat selama tipes menyerang. Cegah tipes dengan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Usahakan untuk tidak sembarangan dalam membeli makanan atau minuman di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihannya.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
List of Typhoid Fever Medications (10 Compared). Drugs.com. (https://www.drugs.com/condition/typhoid-fever.html)
Vivotif Gastro-resistant capsules, hard - Summary of Product Characteristics (SmPC) - (emc). North Central London Formulary. (http://www.ncl-jointformulary.nhs.uk/spclink.asp?q=Vivotif)
Typhoid Fever Medication: Antibiotics, Corticosteroids. Medscape. (https://emedicine.medscape.com/article/231135-medication)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app