Memiliki anak berkebutuhan khusus dan diagnosis mengidap autisme ketika masih bayi pastinya membuat seorang ibu harus mencurahkan perhatian tersendiri. Perlu disadari oleh para orang tua sejak awal jika terdapat tanda yang berbeda pada anak untuk segera ditangani sedini mungkin.
Tidak menunggu lama, orang tua harus segera berkonsultasi dan memeriksakan anak ke dokter demi mendapatkan kepastian seputar diagnosis autis yang mungkin diderita anak. Terlebih jika ada beberapa tanda atau gejala autis yang dialami ada pada anak.
Baca juga: Anak Juga Perlu Medical Check Up secara Rutin, Ini Alasannya
Tanda dan Gejala Autisme pada Anak
Salah satu tanda gejala autis yang perlu diketahui oleh orang tua adalah keengganan anak untuk bermain bersama teman-temannya dan tidak menunjukkan adanya ketertarikan sang anak pada lingkungan sekitar.
Selain itu, anak mungkin tidak bisa menunjuk sesuatu dengan jarinya sendiri dan jarang melakukan kontak mata dengan orang lain. Gejala autis lainnya juga menunjukkan bahwa anak mungkin mengalami kesulitan saat melakukan kegiatan motorik, seperti meniup lilin yang tidak bisa dilakukan selama kurang lebih 2 tahun.
Autis atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kecacatan perkembangan yang dapat mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berperilaku, ataupun berinteraksi dengan orang lain.
Berikut beberapa gejala autisme pada anak berdasarkan gangguan yang dimiliki:
Keterampilan sosial
- Lebih suka menyendiri dan tidak suka bermain dengan teman-temannya
- Menghindari atau jarang melakukan kontak mata maupun kontak fisik
- Tidak tertarik untuk berbagi atau berbicara dengan orang lain
Komunikasi
- Terlambat bicara dan mengalami kesulitan berbicara
- Jarang menggunakan gerakan tangan, seperti untuk menunjuk atau melambai
- Sulit untuk fokus dan cenderung mengubah topik pembicaraan
Pola perilaku
- Perilaku yang berulang dan bergerak secara konstan
- Memiliki rasa sensitif yang tinggi terhadap sentuhan, cahaya, maupun suara
- Mengalami kesulitan makan
- Kurangnya koordinasi dan memiliki sifat impulsif
- Berperilaku agresif, baik dengan diri sendiri maupun orang lain
- Tidak tertarik untuk berimajinasi ataupun meniru perilaku orang lain
Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Cara Menghadapi Hiperaktif pada Anak
Cara Pengobatan dan Terapi Autisme pada Anak
Berbagai terapi pengobatan serta konsultasi dengan psikolog dan dokter anak yang secara rutin dijalani dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami autisme, di antaranya terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi perilaku.
Penanganan atau intervensi yang lebih awal dapat membantu mempercepat pemulihan dan memperbaiki fungsi otak dan motorik anak ke kondisi yang lebih baik. Memang betul, memahami tanda dan gejala autis lebih awal dapat membantu proses perawatan dan pengobatan menjadi lebih efektif.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani autisme adalah:
Terapi wicara
Terapi wicara adalah salah satu jenis terapi yang biasa digunakan untuk membantu menangani kasus autisme pada anak terutama yang mengalami terlambat bicara. Selain melatih kemampuan bahasa secara verbal, terapi ini juga melatih anak autis untuk berkomunikasi menggunakan bahasa non verbal.
Terapi okupasi
Terapi okupasi bermanfaat untuk melatih kemampuan sensorik, motorik dan kognitif anak sesuai dengan kebutuhan dan gangguan yang dihadapi oleh masing-masing anak berkebutuhan khusus. Terapi ini juga dapat membantu anak berkembang menjadi anak yang mandiri dan mampu merawat diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Terapi perilaku
Terapi perilaku yang biasa digunakan dalam menangani gangguan pada anak autis adalah Applied Behavior Analysis (ABA). Tujuannya untuk mengajarkan dan mengubah perilaku anak yang kurang wajar atau terhambat menjadi perilaku yang wajar dan bisa diterima oleh orang lain. Selain itu, terapi perilaku juga melatih kepatuhan anak dalam melakukan hal-hal tertentu, seperti melakukan kontak mata dengan orang lain.
Baca juga: 5 Jenis Terapi Bagi Orang Berkebutuhan Khusus
Selain berusaha keras melakukan serangkaian pengobatan melalui terapi, kesabaran ekstra dari para orang tua dan pendampingan keluarga beperan penting dalam membantu anak memiliki perkembangan yang normal seperti anak pada umumnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.