Libur akhir tahun telah usai. Ketika sebagian orang rela membatalkan rencana liburannya demi menghindari risiko penularan virus COVID-19, ada pula yang tetap nekat berlibur dengan catatan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Hal ini tentu berisiko, sebab bisa saja Anda membawa pulang virus COVID-19 yang siap ditularkan ke orang rumah. Lantas, apa yang harus dilakukan? Cukupkah hanya dengan tes COVID-19 saja?
Amankah berlibur di masa pandemi COVID-19?
Virus corona mudah menular lewat droplet yang beterbangan di udara, biasanya terjadi saat batuk, bersin, atau berbicara. Itulah alasannya mengapa Anda harus menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan supaya tidak ketularan COVID-19.
Sama halnya dengan liburan. Anda juga dianjurkan untuk menunda rencana bepergian demi melindungi diri Anda dan keluarga. Pasalnya, selalu ada risiko tertular virus corona dari orang lain untuk setiap moda perjalanan. Terlebih, rasanya cukup sulit untuk menghindari kerumunan saat berada di tempat liburan, misalnya di pantai, taman rekreasi, hingga tempat penginapan sekalipun.
Dengan kata lain, pergi berlibur di masa pandemi COVID-19 bisa dibilang tidak cukup aman karena penuh risiko. Jika Anda termasuk salah satu yang bepergian karena ada keperluan mendesak, pastikan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan di mana pun Anda berada. Mulai dari mencuci tangan atau pakai hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak fisik (physical distancing), dan menghindari kerumunan.
Yang harus dilakukan setelah berlibur di masa pandemi
Tidak ada gejala COVID-19 pasca liburan bukan berarti menandakan tubuh Anda sudah pasti sehat. Ingat, ada banyak pasien COVID-19 yang termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG). Itu artinya, Anda tetap berpotensi menjadi salah satu OTG yang tanpa disadari bisa menularkan virus pada orang lain.
Ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan setelah pulang dari liburan di masa pandemi COVID-19, yaitu:
1. Tes COVID-19
Sebelum berangkat liburan, baik dengan naik mobil, kereta, maupun pesawat, Anda dianjurkan untuk melakukan tes COVID-19 terlebih dahulu. Nah, hal ini juga perlu dilakukan sebelum Anda kembali ke rumah.
Selain sebagai salah satu syarat melakukan perjalanan, tes COVID-19 akan membantu mendeteksi virus corona dalam tubuh sejak awal, meskipun Anda tidak mengalami gejala tertentu. Ada beberapa jenis tes COVID-19 yang dapat dilakukan, namun sebaiknya pilihlah rapid antigen atau PCR yang hasilnya lebih akurat.
Baca selengkapnya: Memahami Perbedaan 3 Tes COVID-19: PCR, Swab Antigen, dan Rapid Test
2. Isolasi mandiri
Sesampainya di rumah, sebaiknya jangan langsung berkumpul dengan anggota keluarga lain yang tidak ikut bepergian. Lakukan isolasi mandiri di kamar selama minimal 14 hari ke depan untuk membantu mengurangi risiko penularan COVID-19. Jika harus ke luar kamar, gunakan masker dan tetap jaga jarak minimal 2 meter dengan anggota keluarga lainnya.
Isolasi mandiri juga penting untuk melindungi anggota keluarga yang sudah berusia lanjut atau memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta). Pasalnya, orang-orang yang memiliki komorbid lebih rentan mengalami kondisi yang parah saat terinfeksi COVID-19.
Baca selengkapnya: Seseorang Suspek Virus Corona, Harus Dikarantina Atau Isolasi?
3. Jaga jarak dengan anggota keluarga yang habis berlibur
Meskipun Anda tidak ikut berlibur, Anda tetap perlu menjaga jarak dengan anggota keluarga serumah yang baru pulang liburan. Tujuannya sama, yakni untuk mencegah risiko penularan COVID-19 yang mungkin diam-diam ada di dalam tubuh orang lain.
Ingat, rumah tetap bisa menjadi tempat penularan virus corona bahkan sudah banyak kasus COVID-19 yang berasal dari rumah (klaster rumah). Mintalah anggota keluarga Anda tersebut untuk melakukan isolasi mandiri selama minimal 14 hari sebelum kembali beraktivitas seperti sedia kala.
4. Rajin cuci tangan pakai sabun atau gunakan hand sanitizer
Di mana pun Anda berada, pastikan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Begitu sampai di rumah, segeralah cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer sesering mungkin. Lekas lah mandi dan cuci semua pakaian yang baru saja Anda gunakan, kemudian ganti dengan pakaian yang bersih.
Selain itu, semprotkan cairan disinfektan pada benda-benda yang Anda bawa bepergian. Mulai dari sepatu, koper, tas ransel, dan barang-barang lainnya. Cairan disinfektan akan membantu membantu membunuh virus-virus yang menempel di permukaan benda.
5. Perhatikan gejala COVID-19 yang mungkin muncul
Meskipun tampaknya tidak menunjukkan gejala, Anda tetap perlu memantau kondisi tubuh sendiri. Perhatikan bila ada gejala-gejala yang muncul sehabis pulang dari liburan.
Apakah Anda mengalami batuk, demam, atau bahkan sesak napas yang makin hari makin mengganggu? Jika iya, segera periksakan diri ke dokter dan lakukan tes COVID-19. Gejala-gejala tersebut tidak selalu pertanda gejala COVID-19 sehingga perlu dipastikan dengan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca selengkapnya: Ampuh Bunuh Virus, Paparan Disinfektan Justru Berbahaya Bagi Tubuh
Kapan harus tes COVID-19 setelah liburan?
Selama liburan tahun baru kemarin, tes COVID-19 menjadi salah satu persyaratan untuk melakukan perjalanan, baik dengan kendaraan pribadi, kereta, kapal, hingga pesawat. Jika Anda melakukan rapid antigen, surat hasilnya hanya berlaku selama 3 hari saja. Sedangkan untuk PCR, hasilnya berlaku maksimal 14 hari.
Meskipun Anda sudah melakukan tes COVID-19 sebelum pulang, Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang. Berdasarkan panduan dari CDC, pertimbangkan untuk menjalani tes COVID-19 setidaknya 3-5 hari setelah liburan.
Meskipun hasilnya negatif, Anda dianjurkan untuk tetap melakukan isolasi mandiri di rumah selama 7 hari penuh. Sedangkan jika Anda memutuskan untuk tidak melakukan tes ulang, lakukan isolasi mandiri di rumah selama minimal 10 hari.
Meski rasanya sangat jenuh dan ingin pergi liburan, sebaiknya bersabarlah untuk menunda bepergian demi keselamatan Anda dan keluarga. Kalaupun ada keperluan mendesak, pastikan Anda menjalani tes COVID-19 terlebih dahulu sebelum berangkat dan terapkan protokol kesehatan yang tepat di mana pun Anda berada.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.