Arsitam adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberculosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Arsitam mengandung ethambutol, obat anti tuberculosis yang bekerja sebagai bakteriostatik.
Ethambutol biasanya digunakan secara kombinasi dengan obat TBC lainnya, seperti isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamide. Obat ini bekerja dengan cara menghambat satu atau lebih metabolit bakteri rentan yang mengakibatkan gangguan metabolisme sel, menghambat multiplikasi, hingga kematian sel. Ethambutol aktif terhadap bakteri yang rentan hanya saat bakteri sedang mengalami pembelahan sel.
Mengenai Arsitam
Pabrik
meprofarm
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Arsitam dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:
- 10 x 10 tablet 500 mg
Kandungan
Tiap kemasan Arsitam mengandung zat aktif sebagai berikut:
- Ethambutol HCl 500 mg
Manfaat Arsitam
Kegunaan Arsitam adalah untuk hal-hal berikut:
- Mengobati penyakit tuberkulosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Penggunaan obat ini sebaiknya dikombinasikan dengan obat-obat anti tuberculosis yang lain.
- Mengobati infeksi bakteri Mycobacterium avium complex dan Mycobacterium kansaii
Kontraindikasi
Arsitam tidak boleh digunakan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:
- Penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap ethambutol.
- Pasien yang menderita neuritis optik, kecuali ada penilaian klinis yang menyatakan obat ini bisa diberikan.
- Pasien yang tidak bisa mendeteksi dan melaporkan terjadinya gangguan penglihatan, misalnya anak-anak < 13 tahun.
Efek samping Arsitam
Sama seperti obat pada umumnya, penggunaan Arsitam dapat menimbulkan efek samping. Akan tetapi, reaksinya bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari dosis obat, usia, dan daya tahan tubuh masing-masing orang.
Sejumlah efek samping Arsitam yang mungkin terjadi antara lain:
- Gangguan penglihatan (neuritis retrobulbar) yang disertai penurunan visus
- Skotoma sentral
- Buta warna hijau-merah
- Penyempitan pandangan
- Reaksi alergi
- Gangguan pada saluran pencernaan
Efek samping tersebut lebih rentan dialami jika obat digunakan dengan dosis berlebihan atau penderita gangguan ginjal. Meski jarang terjadi, Arsitam juga dapat menyebabkan masalah pada organ hati (penyakit kuning), neuritis perifer, efek samping pada sistem saraf pusat, dan hiperurisemia.
Bila itu terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dosis Arsitam
Dosis Arsitam bisa jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan kebutuhan masing-masing orang
Secara umum, dosis Arsitam yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:
Pengobatan tuberkulosis aktif pada orang dewasa dan anak usia > 13 tahun
- Dosis awal: 1 x sehari 15 mg/kg BB secara oral selama 6-8 minggu, dikombinasikan dengan isoniazid.
- Dosis lanjutan: 1 x sehari 25 mg/kg BB secara oral selama 60 hari, dikombinasikan dengan setidaknya satu obat anti TBC lain. Setelah 60 hari dosis dapat diturunkan sampai 15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari.
Pengobatan infeksi Mycobacterium avium intraseluler pada orang dewasa dan anak usia > 13 tahun
- Dosis umumL 1 x sehari 900 mg secara oral.
- Pengobatan AVI paru: clarithromycin dikombinasikan dengan 2-4 obat lain seperti Arsitam, rifampicin, clofazimine atau obat lainnya. Lama pengobatan 18-24 bulan.
- Pengobatan MAI: clarithromycin atau azithromycin dikombinasikan dengan 1-3 obat lain seperti Arsitam, clofazimine, ciprofloxacin, ofloxacin, rifampicin, rifabutin, atau amikacin.
Pengobatan profilaksis Mycobacterium avium intraseluler pada orang dewasa dan anak usia > 13 tahun
- Dosis umum: 1 x sehari 15 mg/kg BB secara oral, dikombinasikan dengan clarithromycin atau azithromycin.
Penyesuaian dosis untuk penderita gangguan ginjal :
- Kliren kreatinin < 10 ml/menit: dosis biasa setiap 48 jam.
- Kliren kreatinin 10-50 ml/menit: dosis biasa setiap 24-36 jam.
Interaksi Arsitam
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Obat-obatan yang mengandung ethambutol, termasuk Arsitam, dapat berinteraksi dengan obat antasida, terutama yang mengandung Aluminium hidroksida. Jika dikonsumsi bersamaan, kandungan aluminium hidrosida dapat mengurangi absorpsi ethambutol.
Maka itu, hindari penggunaan kedua obat tersebut secara bersamaan atau setidaknya berikan jarak minimal 4 jam setelah penggunaan ethambutol, barulah Anda dapat mengonsumsi obat antasida sesudahnya.
Sebaiknya penggunaan bersamaan obat ini dihindari atau setidaknya penggunaan antasida diberi jarak minimal 4 jam setelah penggunaan ethambutol.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan Arsitam adalah sebagai berikut:
- Arsitam sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan untuk mengurangi efek terhadap saluran pencernaan.
- Lakukan pemeriksaan mata sebelum menggunakan Arsitam.
- Jika mengalami gangguan penglihatan setelah menggunakan Arsitam, hentikan minum obat dan konsultasikan ke dokter.
- Pasien dengan cacat visual seperti penderita katarak, kondisi radang berulang pada mata, neuritis optik, dan retinopati diabetes harus mendapatkan pertimbangan yang sangat matang secara klinis jika ingin menggunakan Arsitam.
- Hati-hati penggunaan pada pasien yang memiliki gangguan ginjal, karena potensi efek samping akan meningkat. Perlu dilakukan penyesuaian dosis mengingat obat ini diekskresikan melalui ginjal.
- Hati-hati penggunaan pada penderita asam urat (gout) karena obat ini dapat memicu hiperurisemia.
- Diperlukan pemeriksaan kesehatan hati secara berkala, karena obat yang mengandung ethambutol seperti Arsitam dapat menimbulkan efek toksisitas pada hati.
- Arsitam dapat digunakan oleh ibu menyusui hanya jika direkomendasikan oleh dokter.
Penggunaan oleh wanita hamil
FDA di Amerika Serikat, setara dengan BPOM di Indonesia, mengkategorikan ethambutol ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut:
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Meskipun hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan acuan keamanan obat pada manusia, fakta bahwa obat ini terbukti memiliki efek buruk terhadap janin hewan harus menjadi perhatian serius.
Telah ada laporan kelainan mata pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan ethambutol. Jika tidak benar-benar dibutuhkan atau masih bisa menggunakan obat lain yang lebih aman, penggunaan Arsitam oleh wanita hamil sebaiknya tidak dilakukan.
Artikel terkait: