Dextamine adalah obat yang digunakan untuk mengobati alergi pada saluran pernapasan, kulit dan mata. Obat alergi ini tersedia dalam bentuk tablet dan sirup.
Dextamine mengandung kombinasi dexamethasone (obat kortikosteroid) yang sangat kuat (20-30 kali lebih kuat daripada Hydrocortisone dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison) dan dexchlorpheniramine maleate (obat alergi yang termasuk anti histamin).
Dexamethasone bekerja dengan cara menembus membran sel, sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari proses sintesa protein.
Sebagai anti inflamasi, dexamethasone akan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan menyebabkan dilatasi kapiler. Hal inilah yang akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi peradangan (inflamasi).
Sementara itu, dexchlorpheniramine adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi alergi. Dexchlorpheniramine termasuk antihistamin dengan sifat antikolinergik dan sedatif.
Obat ini adalah isomer dextrorotatory dari chlorpheniramine. Histamin secara alami sudah ada dalam tubuh yang dapat menghasilkan berbagai reaksi alergi. Dexchlorpheniramine bekerja dengan cara menghambat efek dari histamin sehingga berbagai reaksi alergi itu dapat dikurangi.
Mengenai Dextamine
Pabrik
Phapros
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Dextamine Tablet dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- Box 30 × 10's
Dextamine syrup dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- Botol 60 mL syrup
Kandungan
Tiap kemasan obat Dextamine Tablet mengandung zat aktif sebagai berikut :
- Dexamethasone (micronized) 500 mcg
- Dexclorpheniramine maleat 2 mg
Tiap 5 mL obat Dextamine syrup mengandung zat aktif sebagai berikut :
- Dexamethasone 0.5 mg
- Dexclorpheniramine maleat 2 mg
Manfaat Dextamine
Berbagai manfaat Dextamin adalah sebagai berikut:
- Mengurangi gejala-gejala rhinitis alergi (hay fever), termasuk rinitis alergi perennial atau seasonal.
- Mengatasi bentuk alergi lainnya seperti vasomotor rhinitis, alergi konjungtivitis karena alergen inhalan dan makanan, manifestasi alergi pada kulit misalnya urtikaria dan angioedema, ameliorasi reaksi alergi pada darah atau plasma, dan dermografisme.
- Mengatasi kondisi alergi yang disertai peradangan dimana diperlukan terapi dengan kortikosteroid.
Kontraindikasi
- Jangan menggunakan Dextamine untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate dan obat golongan kortikosteroid dan anti histamin lainnya.
- Pemberian vaksin hidup atau dilemahkan merupakan kontraindikasi pada pasien yang menggunakan dosis imunosupresif dari obat-obat kortikosteroid.
- Kortikosteroid dosis tinggi tidak boleh digunakan dalam pengobatan cedera otak traumatis yang berhubungan dengan mata. Penggunaan kortikosteroid dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada saraf optik, dan dapat meningkatkan pembentukan infeksi okular sekunder karena bakteri, jamur, atau virus.
- Penggunaan kortikosteroid oral tidak dianjurkan dalam pengobatan optik neuritis dan dapat menyebabkan peningkatan risiko episode baru.
- Kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam aktif okular herpes simpleks.
- Sebaiknya tidak digunakan untuk bayi baru lahir dan prematur, penderita tukak peptik, atau penderita infeksi jamur sistemik.
- Karena risiko obat-obat antihistamin yang lebih tinggi untuk bayi pada umumnya dan untuk bayi baru lahir dan prematur pada khususnya, terapi dengan antihistamin dikontraindikasikan pada ibu menyusui.
- Kontraindikasi untuk pasien yang sedang menggunakan obat-obat inhibitor monoamine oxidase (MAOis).
Efek Samping Dextamine
Berikut adalah beberapa efek samping Dextamine yang mungkin terjadi:
- Obat-obat yang mengandung glukokortikoid termasuk Dextamine dapat meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari.
- Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun tulang menyusut drastis. Oleh karena itu, penggunaan obat ini pada pasien yang memiliki resiko besar seperti usia lanjut sangat tidak dianjurkan. Pada anak, hal ini dapat menghambat pertumbuhan, khususnya pertumbuhan tulang, dan masa pubertas. Bila benar-benar dibutuhkan, sebaiknya gunakan dosis terkecil.
- Seperti glukokortikoid lainnya, juga mempengaruhi proses metabolisme lemak termasuk distribusinya di dalam tubuh.
- Obat ini juga bisa menyebabkan berkurangnya massa otot (proximal myopathy).
- Obat ini menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit berkurang dan mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan sistem kekebalan tubuh akibat pemakaian Dextamine), sehingga meningkatkan resiko terkena infeksi virus, jamur ataupun bakteri.
- Secara umum kumpulan-kumpulan efek samping ini dikenal sebagai Cushing sindrom, yaitu gejala-gejala seperti muka tembem, penebalan seperti selulit pada punggung dan perut, hipertensi, penurunan toleransi terhadap karbohidrat dan gejala-gejala lainnya. Cushing sindrom dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal akut.
- Penggunaan Dextamine secara jangka panjang dapat menyebabkan insufisiensi adrenal.
- Pasien dengan riwayat gangguan jiwa, dapat mengalami gangguan mental yang serius, paranoid atau depresi dengan risiko bunuh diri. Pengawasan yang ketat diperlukan. Bila perlu dihindari.
- Obat-obat kortikosteroid bisa menyebabkan timbulnya tukak peptik meskipun lemah.
- Obat yang mengandung dexchlorpheniramine maleate menyebabkan mengantuk, pusing, mulut, hidung dan tenggorokan kering, sakit kepala, palpitasi, retensi urine, sedasi, lemah, tinitus dan gangguan pencernaan seperti anoreksia, mual, muntah, diare dan konstipasi.
Dosis Dextamine
Dosis Obat Dextamine adalah sebagai berikut :
Dextamine tablet
- Dewasa: 3 x sehari 1 tablet
- Anak usia 6-12: 3 x sehari ½ tablet
- Anak usia 2-6 tahun : 3 x sehari 1/4 tablet
Dextamine syrup
- Dewasa dan anak usia >12 tahun : dosis awal 1 sendok takar setiap 4-6 jam
- Anak 6-12 tahun : 3-4 x sehari ½ sendok takar.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat Dextamine adalah sebagai berikut:
- Penderita gangguan pencernaan seperti tukak lambung dan kolitis ulceratif sebaiknya hati-hati jika menggunakan Dextamine, karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan.
- Pasien yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal misalnya pasien usia lanjut, Dextamine diberikan dengan dosis terendah dan durasi sesingkat mungkin.
- Jangan menghentikan pemakaian obat Dextamine secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter terutama pada penggunaan jangka panjang karena dapat mengakibatkan gejala-gejala seperti mialgia, artralgia dan malaise.
- Sistem kekebalan tubuh yang menurun menyebabkan pasien lebih rentan terkena penyakit infeksi, terutama cacar dan campak. Cacar dan campak dapat menjadi lebih serius atau bahkan fatal pada pasien anak-anak dan dewasa yang menggunakan obat-obat kortikosteroid. Pasien yang tidak memiliki penyakit ini, harus menghindari paparan dari orang-orang penderita cacar atau campak.
- Obat-obat sistemik kortikosteroid diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI). Karena efek obat ini bisa menggangu pertumbuhan, mengganggu produksi kortikosteroid endogen, atau efek yang tak diinginkan lainnya, ibu menyusui sebaiknya tidak menggunakan Dextamine.
- Sebaiknya dibatasi menggunakan obat Dextamine pada pasien yang menderita tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi jamur sistemik, glaukoma, psikosis, psikoneurosis berat, penderita TBC aktif, herpes zoster, herpes simplex, infeksi virus lain, sindroma Cushing dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
- Retensi natrium dengan edema dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kortikosteroid, obat Dextamine harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung kongestif, hipertensi, atau insufisiensi ginjal.
Penggunaan Obat Dextamine untuk Ibu Hamil
FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) menggolongkan Dexchlorpheniramine ke dalam kategori B dengan penjelasan sebagai berikut:
Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan resiko pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil / Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin, tapi studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil tidak menunjukkan risiko pada janin di trimester berapapun.
Sedangkan Dexamethasone ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut:
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Dexamethasone dapat menembus plasenta dengan mudah. Jika pemberian obat-obat kortikosteroid dalam jangka panjang atau diulang selama kehamilan, risiko penghambatan pertumbuhan intrauterin dapat meningkat. Namun tidak ada bukti terjadinya gangguan pertumbuhan intra uterin selama pengobatan jangka pendek (contohnya pada pengobatan profilaksis untuk neonatal respiratory distress syndrome).
Beberapa gejala supresi adrenal pada janin akibat penggunaan obat ini selama kehamilan, biasanya akan hilang setelah bayi lahir dan tidak begitu bermakna klinis.
Interaksi Dextamine
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Dextamine adalah:
- Aminoglutethimide: menurunkan kadar Dexamethasone, melalui induksi enzim mikrosomal sehingga mengurangi efek farmakologisnya.
- Agen Kalium-depleting: jika diberikan bersamaan dengan obat-obat kalium-depleting agen (misalnya amfoterisin B, diuretik), pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia.
- Antibiotika makrolida: menurunkan klirens Dexamethasone sehingga meningkatkan kadar/efek farmakologisnya.
- Antidiabetik: kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah, oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin diperlukan.
- Isoniazid: Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.
- Cholestyramine dan efedrin: Cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
- Vaksin hidup: Dexamethasone menurunkan sistem imun tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Penggunaan vaksin hidup pada pasien yang menggunakan Dexamethasone sebaiknya dihindari.
- Anti jamur azole seperti ketoconazole: mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
- NSAID: aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan resiko efek samping perdarahan pada saluran pencernaan.
- Penggunaan bersamaan dengan agen antikolinesterase dapat menyebabkan kelemahan yang parah pada pasien myasthenia gravis. Jika memungkinkan, agen antikolinesterase harus ditarik setidaknya 24 jam sebelum memulai terapi kortikosteroid.
- Pasien yang menggunakan glikosida digitalis mungkin mengalami peningkatan risiko aritmia karena hipokalemia.
- Estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dapat menurunkan metabolisme hepatik kortikosteroid tertentu, sehingga meningkatkan efeknya.
- Enzim hati reagen (misalnya, barbiturat, fenitoin, carbamazepine, rifampin):
dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid. Dosis kortikosteroid mungkin perlu ditingkatkan. - Dexchlorpheniramine Maleate memiliki efek aditif dengan alkohol dan depresan sistem saraf pusat lainnya (barbiturate, opioid analgesics, hipnotik, sedatif, tranquilizers).
- MAO inhibitors memperpanjang dan mengintensifkan efek antikolinergik (pengeringan) antihistamin.
Ringkasan hal-hal penting terkait obat Dextamine
- Beri tahukan kepada dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini atau obat-obat lainnya. Gejala alergi misalnya ruam, gatal-gatal, sesak napas, mengi, batuk, hingga pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
- Jangan gunakan obat alergi ini jika Anda memiliki infeksi herpes pada mata.
- Jangan gunakan obat ini jika Anda memiliki masalah kesehatan seperti : Infeksi jamur atau infeksi malaria di otak.
- Saat menggunakan obat ini, Anda menjadi lebih rentan mendapatkan infeksi. Jaga selalu kebersihan, selalu mencuci tangan. Jauhi orang-orang yang sedang menderita infeksi, pilek, atau flu.
- Obat Dextamine tidak boleh digunakan oleh penderita cacar air dan campak karena bisa menyebabkan akibat yang sangat buruk atau bahkan mematikan. Hindari berada di dekat orang yang menderita cacar air atau campak jika Anda belum pernah mengalami ini sebelumnya.
- Obat alergi ini dapat menurunkan jumlah steroid alami dalam tubuh. Jika Anda mengalami demam, infeksi, menjalani operasi, atau terluka, bicaralah dengan dokter Anda. Anda mungkin memerlukan steroid oral dosis tambahan.
- Penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan katarak atau glaukoma.
- Jika digunakan secara jangka panjang, obat ini dapat menyebabkan kerapuhan tulang (osteoporosis).
- Konsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan vaksin apa pun. Penggunaan vaksin dengan Dextamine dapat meningkatkan kemungkinan infeksi atau membuat vaksin tidak berfungsi juga.
- Buang semua sisa obat Dextamine yang tidak terpakai saat kedaluwarsa atau bila tidak lagi dibutuhkan. Jangan minum obat ini setelah tanggal kedaluwarsa pada label telah berlalu. Obat yang sudah kedaluwarsa dapat menyebabkan sindrom berbahaya yang mengakibatkan kerusakan pada ginjal.
- Gunakan obat Dextamine sesuai dengan aturan. Jangan minum obat ini dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari yang dianjurkan.
- Jangan berbagi Obat alergi ini dengan orang lain, meskipun mereka memiliki gejala penyakit yang sama dengan Anda.
- Simpan obat pada suhu ruangan. Hindarkan dari kelembaban dan panas.
Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Dextamine harus sesuai dengan yang dianjurkan.
Artikel terkait: