Manusia termasuk makhluk sosial, artinya tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Ya, Anda pasti membutuhkan bantuan orang lain. Entah dalam mengerjakan sesuatu, berdiskusi, atau sekadar berbagi cerita. Namun, bukan berarti semua hal harus dikerjakan dengan bantuan orang lain, bukan? Ketika Anda terlalu bergantung dengan orang lain sampai tidak betah sendirian, bisa jadi Anda mengalami gangguan kepribadian dependen.
Apa itu gangguan kepribadian dependen?
Gangguan kepribadian secara umum terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Cluster A: perilaku aneh atau eksentrik
- Cluster B: perilaku emosional atau tidak menentu
- Cluster C: perilaku gelisah dan gugup
Nah, gangguan kepribadian dependen tergolong dalam cluster C.
Gangguan kepribadian dependen (DPD) adalah suatu masalah kepribadian yang membuat seseorang tidak mampu hidup sendiri. Penderita gangguan ini akan mudah cemas jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Mereka mengharapkan dukungan, nasihat, dan kenyamanan dari orang lain.
Orang yang memiliki gangguan DPD mudah merasa tidak aman setiap kali sendirian. Mereka terkesan 'menempel', takut berpisah, dan sulit membuat keputusan tanpa bantuan orang lain.
Gangguan kepribadian dependen bisa terjadi pada siapa saja tanpa pandang bulu, baik itu pria maupun wanita. Kondisi ini biasanya mulai muncul saat memasuki usia dewasa awal, kemudian berlanjut seterusnya.
Mengenai gangguan kepribadian dependen
Penyebab
Penyebab gangguan kepribadian dependen belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga hal ini ada kaitannya dengan faktor biologis dan perkembangan mental seseorang.
Beberapa ahli percaya bahwa gaya pengasuhan yang overprotektif juga dapat memicu gangguan kepribadian dependen. Akibatnya, penderitanya bisa menjadi sangat manja dan ketergantungan dengan orang lain.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko DPD, yaitu:
- Sering lalai dalam mengerjakan apapun
- Memiliki hubungan percintaan yang tidak menyenangkan
- Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan
Gejala
Orang dengan gangguan kepribadian dependen menjadi sangat bergantung secara emosional pada orang lain. Mereka selalu berusaha sekuat mungkin supaya orang lain merasa senang dan bahagia.
Ketika sendirian, orang dengan gangguan kepribadian dependen akan merasa panik, putus asa, dan hancur.
Tanda dan gejala gangguan kepribadian dependen lainnya meliputi:
- Patuh terhadap perintah orang lain
- Mengandalkan teman atau keluarga untuk mengambil keputusan
- Membutuhkan jaminan dari orang lain
- Takut dikritik atau ditolak
- Gelisah saat sendirian
- Tidak bisa sendirian
- Takut ditinggalkan
- Pesimis dan kurang percaya diri, termasuk merasa tidak mampu merawat dirinya sendiri.
Jika ditelisik lebih dalam, gejala DPD cenderung mirip dengan gejala gangguan kecemasan. Orang yang mengalami depresi atau menopause juga mungkin akan mengalami beberapa gejala tersebut.
Untuk memastikan penyebabnya, segera konsultasikan ke dokter maupun psikiater terdekat.
Pencegahan gangguan kepribadian dependen
Karena penyebabnya belum ditemukan, maka tidak ada cara khusus yang dapat mencegah gangguan kepribadian dependen. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risikonya, yaitu:
- Memupuk kepribadian yang baik sejak dini, dimulai dari masa anak-anak.
- Membangun hubungan keluarga yang harmonis, supaya Anda merasa aman, nyaman, dan tidak bergantung dengan orang lain.
- Segera konsultasi ke psikiater, bila Anda sering merasa cemas berlebihan. Psikiater akan membantu Anda menemukan cara yang efektif untuk menghadapi situasi sulit.
Pengobatan gangguan kepribadian dependen
Sebelum menentukan pengobatan yang tepat, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Pemeriksaan fisik, untuk melihat tanda dan gejala fisik pada pasien
- Pemeriksaan darah, untuk memeriksa ketidakseimbangan hormon dalam tubuh
Dokter akan bekerja sama dengan psikiater atau psikolog untuk memastikan apakah Anda mengidap DPD atau tidak. Pasien akan disarankan untuk menjalani terapi.
Pengobatan gangguan kepribadian dependen yang paling utama adalah psikoterapi, atau disebut juga terapi bicara. Terapi ini dapat membantu Anda memahami kondisi diri sendiri. Anda juga akan belajar cara membangun hubungan yang sehat tanpa ketergantungan padanya.
Sejumlah obat-obatan juga dapat membantu menghilangkan kecemasan dan depresi. Yang terpenting, selalu ikuti aturan minum obat dari dokter supaya hasilnya maksimal.
Dok gimana solusinya mengatasi penyakit saya? Saya gay tapi saya hanya bisa mencitai om om berkumis yang berbadan menarik. Tidak semua laki2 saya suka. Gimana cara mengatasi itu dan apa pendapat Dokter mengenai dua sisi yang terjadi di diri saya ini?