Tidak ada satupun orang di dunia ini yang ingin sakit. Ya, semua orang pasti ingin hidup sehat supaya bisa menjalani aktivitas dengan normal. Namun ternyata, ada beberapa orang yang merasa cemas berlebihan dan menganggap dirinya sakit. Padahal, kenyataannya tubuhnya sehat walafiat. Kepercayaan ini disebut dengan gangguan somatisasi.
Apa itu gangguan somatisasi?
Gangguan somatisasi adalah munculnya rasa sakit atau kelelahan yang disebabkan oleh masalah pikiran. Orang yang mengalami gangguan somatisasi mudah mengalami nyeri, sesak napas, atau lemah saat stres.
Terkadang, pasien dengan gangguan somatisasi menganggap bahwa dirinya sedang sakit. Padahal, bisa jadi ini hanya berasal dari buah pemikirannya saja.
Ketika dokter menyatakan sehat, orang dengan gangguan somatisasi biasanya akan mengelak. Mereka sangat percaya bahwa dirinya sedang sakit, namun kenyataannya tidak ada masalah medis yang diidap.
Mengenai gangguan somatisasi
Penyebab
Penyebab gangguan somatisasi belum ketahui secara pasti. Namun, kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa faktor berikut ini:
- Faktor genetik, seperti sensitif berlebihan terhadap nyeri.
- Berisiko tinggi mengalami penyakit serius tertentu, misalnya rentan terkena diabetes karena faktor keturunan.
- Sulit menghadapi stres.
- Penurunan kesadaran emosional, sehingga penderita lebih fokus pada masalah fisik daripada emosional.
- Mengalami kecemasan atau depresi.
- Pernah mengalami trauma di masa lalu, seperti pelecehan seksual.
Gejala
Gejala gangguan somatisasi yang paling utama adalah keyakinan bahwa dirinya terkena penyakit, padahal sebetulnya tidak. Perasaan ini bisa tergolong ringan hingga berat, tergantung kondisi masing-masing pasien.
Tanda dan gejala gangguan somatisasi lainnya meliputi:
- Cemas berlebihan dan percaya bahwa dirinya sedang terkena penyakit.
- Khawatir bahwa aktivitas fisik akan membahayakan tubuh.
- Berulang kali memeriksakan kesehatan ke dokter.
- Gejala yang dirasakan tidak berhubungan dengan masalah medis.
- Gejala ringan dianggap masalah serius, misalnya pilek dianggap sebagai tanda tumor di hidung.
- Menganggap diagnosis dokter salah.
Pada intinya, orang dengan gangguan somatisasi benar-benar percaya bahwa dirinya terkena penyakit tertentu. Mereka sulit membedakan mana gejala gangguan somatisasi dan mana gejala penyakit yang membutuhkan perawatan.
Pencegahan gangguan somatisasi
Karena penyebabnya belum diketahui, maka tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan somatisasi. Namun, ada beberapa hal yang dapat membantu menurunkan risikonya, yaitu:
- Segera konsultasikan ke dokter atau psikiater terdekat, bila Anda memiliki masalah kecemasan atau depresi.
- Kenali saat-saat Anda mengalami stres dan seberapa besar pengaruhnya pada tubuh Anda.
- Segera cari perawatan terbaik bila Anda mengalami gejala gangguan somatisasi. Hal ini sangat membantu mencegah gejalanya semakin parah.
- Ikuti pengobatan sesuai jadwal, supaya gejalanya tidak gampang kambuh atau semakin parah.
Pengobatan gangguan somatisasi
Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan penyebabnya. Bila dokter tidak menemukan masalah medis, maka dokter akan merujuk pasien ke ahli kesehatan mental.
Dokter atau terapis kesehatan mental akan mengajukan pertanyaan seputar gejala, riwayat keluarga, penyebab stres, dan riwayat kekerasan yang pernah dialami.
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan somatisasi jika:
- Mengalami satu atau lebih gejala fisik yang mengganggu aktivitas sehari-hari
- Gejala tersebut berlangsung selama 6 bulan atau lebih
- Memiliki pemikiran berlebihan terhadap gejala yang dialami
- Menghabiskan banyak waktu dan energi untuk periksa ke dokter, padahal tidak diperlukan
Pengobatan gangguan somatisasi terdiri dari terapi, pemberian obat-obatan, atau kombinasi keduanya. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan sekaligus meningkatkan kualitas hidup pasien.
Supaya lebih jelas, berikut pengobatan gangguan somatisasi yang dapat dilakukan:
Terapi bicara
Terapi bicara, atau disebut juga psikoterapi, adalah langkah terbaik untuk mengobati gangguan somatisasi tahap awal. Dalam kasus ini, pasien biasanya dianjurkan untuk menjalani terapi perilaku kognitif.
Melalui terapi tersebut, pasien akan mampu mengendalikan pikiran-pikiran negatif di benaknya. Setelah itu, terapis akan membantu pasien menemukan solusi terbaik yang aman dan efektif untuk mengatasinya.
Terapi bicara juga akan mengajarkan Anda cara mengelola kecemasan. Tentuya dengan cara yang sederhana, mudah, dan efektif.
Obat-obatan
Obat antidepresan dapat membantu meringankan gejala gangguan somatisasi. Jenis obat ini bekerja lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa antidepresan yang memiliki efek samping tertentu. Oleh karena itu, tanyakan pada dokter mengenai jenis, dosis, dan aturan minum yang tepat untuk Anda.
Dok gimana solusinya mengatasi penyakit saya? Saya gay tapi saya hanya bisa mencitai om om berkumis yang berbadan menarik. Tidak semua laki2 saya suka. Gimana cara mengatasi itu dan apa pendapat Dokter mengenai dua sisi yang terjadi di diri saya ini?