Jika bayi bunda tidak buang air besar seperti biasanya, mungkin bunda adalah salah satu dari sekian banyak orang tua yang cemas karena bayi menderita sembelit. Ketika bayi tidak BAB setelah beberapa waktu, terkadang bunda tak perlu melakukan apa pun, cukup menunggunya beberapa saat lagi.
Namun apabila masalah tak kunjung berakhir, maka diperlukan upaya agar BAB bayi menjadi lancar kembali. Tangisan dan rengekan pun akan hilang seketika saat BAB lancar kembali.
Kenapa bayi tidak BAB?
Tidak seperti dewasa, buang air besar bayi memiliki pola yang berbeda - tidak ada jadwal normal atau jumlah BAB yang sama untuk semua bayi. Ini berarti bahwa apa yang normal untuk satu bayi mungkin tidak sama dengan kebiasaan buang air besar bayi lainnya. Beberapa bayi BAB setelah diberi makan, sementara yang lain menunggu hingga keesokan harinya.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi frekuensi buang air besar, seperti jenis makanan dan minuman yang dia konsumsi, jumlah aktivitas yang bayi lakukan, dan tingkat kemampuan dalam mencerna makanan.
Selama 24 jam pertama setelah lahir, bayi mengeluarkan kotoran berwarna hitam, yang disebut meconium. Pada bayi ASI eksklusif, warna feses yang hitam ini perlahan berubah menjadi kehijauan dan kemudian kekuningan seiring berkurangnya kolostrum dari ASI dan berubah menjadi ASI matang.
Kolostrum juga bertindak sebagai pencahar alami, sehingga bayi yang disusui lebih sering buang air besar selama hari-hari awal, sekitar 2-5 kali sehari. Setelah enam minggu pertama, kolostrum hampir hilang, sehingga BAB bayi menjadi lebih jarang.
Sedikit berbeda pada bayi yang diberi susu formula, zat ini sedikit lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna daripada ASI. Karena itu, biasanya bayi yang diberi susu formula lebih jarang BAB dibandingkan bayi yang disusui.
Jadi jangan heran apabila bayi tidak BAB selama berhari-hari. Cukup amati gejalanya, dan apabila setelah kotorannya keluar dan ternyata tidak kering dan keras, maka berarti dia tidak sembelit.
Apa tanda-tanda sembelit pada bayi?
Frekuensi BAB bayi tidak dapat menjadi satu-satunya pertanda untuk menentukan bahwa si kecil mengalami konstipasi. Jadi perhatiakn 7 tanda bahwa bayi kemungkinan mengalami konstipasi di bawah ini.
- Menangis karena kesakitan saat BAB
- Kembung
- Lebih banyak gumoh dari biasanya
- Kerewelan karena sakit perut
- Feses keras dan keluar seperti kotoran kelinci (butiran kecil nan keras)
- Perut kencang
- Kurang nafsu makan.
Apa Penyebab Sembelit pada Bayi?
Ada beberapa kemungkinan penyebab mengapa bayi tidak BAB karena sembelit:
- Formula bubuk: Susu formula sering dapat menyebabkan feses menjadi keras dan tebal, terutama jika disajikan dengan takaran yang tidak sesuai anjuran.
- Perubahan pola makan dari ASI menjadi susu formula: Perubahan sederhana dari ASI ke susu formula dapat mengganggu sistem pencernaan dan keteraturan BAB bayi.
- Alergi / intoleransi makanan: Bayi mungkin saja memiliki alergi atau intoleransi terhadap protein susu di ASI atau susu formulanya.
- Kekurangan cairan / dehidrasi: Jika bayi mengalami dehidrasi, tubuhnya akan merespons dengan menyerap semua cairan yang masuk ke dalamnya, termasuk dari usus besar sehingga feses menjadi keras dan kering yang sulit untuk dikeluarkan.
- Kelainan fisik: Kelainan fisik, seperti posisi rektum, sesak di sekitar anus, atau gangguan pada sistem usus bisa menjadi penyebab sembelit pada bayi.
- Penyakit atau kondisi medis: Meskipun jarang, kondisi medis yang mendasari, seperti hipotiroidisme, botulisme, atau penyakit Hirschsprung, bisa menjadi alasan mengapa bayi tidak BAB.
Bagaimana cara mengatasi bayi tidak BAB akibat sembelit?
Berikut beberapa cara untuk membantu agar BAB bayi menjadi lancar:
- Gerakan mengayuh sepeda: Tempatkan bayi di posisi terlentang dan gerakkan kakinya dengan gerakan melingkar, meniru gerakan mengayuh sepeda. Ini akan membantu merangsang pergerakan usus yang pada gilirannya melancarkan BAB.
- Mandi air hangat atau kain lap hangat di perut bayi: Cara ini akan membantu mengendurkan organ-organ pencernaan bayi dan membantu melancarkan perjalanan feses.
- Ganti susu formula: Bayi mungkin bereaksi negatif terhadap bahan-bahan tertentu dalam susu formula. Coba siasati dengan mengganti merek susu yang digunakan atau bahkan mengganti jenisnya, seperti susu rendah laktosa, atau bahkan susu kedelai.
- Ubah pola makan bunda: Jika bunda menyusui, bayi bisa bereaksi terhadap apa yang bunda makan. Cobalah menghindari produk susu selama menyusui dan konsumsilah banyak sayur dan buah-buahan.
- Pijat perut: Baringkan bayi dalam posisi terlentang, letakkan tangan bunda di perutnya tepat di dekat pusarnya dan dengan lembut mulai memijat dengan gerakan melingkar searah jarum jam. Jika perlu lumasi area perut dengan minyak, seperti minyak telon atau minyak kelapa. Lakukan pemijatan ini selama sekitar 3-5 menit.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.