Potassium iodide atau kalium iodida adalah obat yang digunakan untuk melunakkan lendir (mukus) di saluran napas dan mengeluarkannya lewat batuk. Obat ini sangat membantu khususnya bagi penderita penyakit paru jangka panjang, seperti asma, bronkitis kronis, dan emfisema.
Kalium iodida juga sering digunakan bersamaan dengan obat antitiroid untuk mempersiapkan kelenjar tiroid sebelum diangkat lewat operasi. Obat ini mampu mengecilkan ukuran kelenjar tiroid sekaligus mengurangi produksi hormon tiroid.
Mengenai Potassium Iodide
Golongan
Resep dokter
Kemasan
- Tablet
- Obat cair
Kandungan
Potassium iodide (kalium iodida)
Manfaat Potassium Iodide
Berbagai manfaat kalium iodida adalah sebagai berikut:
- Mempersiapkan kelenjar tiroid sebelum operasi pengangkatan tiroid;
- Mengobati tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid);
- Melindungi tiroid dari paparan radiasi.
Dalam keadaan darurat radiasi nuklir, potassium iodide memiliki peranan penting untuk menghalangi tiroid agar tidak menyerap radioaktif iodium. Dengan demikian, tiroid akan terlindung dari risiko kerusakan maupun potensi terjadinya kanker tiroid.
Kontraindikasi
- Alergi terhadap potassium iodide (kalium iodida) atau iodium;
- Ibu hamil atau menyusui.
Efek samping Potassium Iodide
Sama seperti obat pada umumnya, penggunaan potassium iodide dapat menimbulkan efek samping. Akan tetapi, reaksinya bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari dosis obat, usia, dan daya tahan tubuh masing-masing orang.
Sejumlah efek samping kalium iodida yang mungkin terjadi antara lain:
- Mual;
- Muntah;
- Sakit perut;
- Diare;
- Mulut terasa logam;
- Demam;
- Sakit kepala;
- Jerawatan;
Reaksi alergi yang serius cukup jarang terjadi. Namun, waspadai jika muncul gejala alergi parah (anafilaktik) seperti:
- Ruam;
- Gatal atau bengkak (terutama di wajah, lidah, atau tenggorokan);
- Pusing parah;
- Kesulitan bernapas.
Bila itu terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dosis Potassium Iodide
Dosis kalium iodida bisa jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan kebutuhan masing-masing orang.
Secara umum, dosis potassium iodide adalah sebagai berikut:
Dewasa
- Batuk: 3-4 x sehari 300-600 mg, dilarutkan ke dalam air, susu, atau jus buah;
- Darurat radiasi: 1 x sehari 130 mg.
Anak-anak
- Darurat radiasi
- Bayi baru lahir sampai 1 bulan: 1 x sehari 16,25 mg;
- Usia 1 bulan sampai 3 tahun: 1 x sehari 32,5 mg;
- Usia 3-12 tahun: 1 x sehari 65 mg;
- Usia 12 tahun ke atas, dengan berat badan kurang dari 68,18 kg: 1 x sehari 65 mg;
- Usia 12 tahun ke atas, dengan berat badan 68,18 kg ke atas: 1 x sehari 130 mg.
Untuk menghindari sakit perut, Anda dapat mengonsumsinya setelah makan atau bersamaan dengan makanan.
Setelah minum kalium iodida sediaan tablet, sebaiknya hindari berbaring selama 10 menit ke depan. Jika Anda menggunakan sediaan obat cair, gunakan sendok obat supaya dosisnya tepat.
Khusus untuk kondisi darurat radiasi nuklir, obat harus diminum sesegera mungkin. Bicarakan lebih lanjut dengan dokter untuk mengetahui dosis dan aturan minum obat yang tepat sesuai kebutuhan Anda.
Interaksi Potassium Iodide
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan kalium iodida adalah sebagai berikut:
- ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril;
- Angiotensin receptor blockers (ARBs), seperti losartan dan valsartan;
- Obat diuretik, seperti amiloride, spironolactone, dan triamterene;
- Drospirenone;
- Eplerenone;
- Lithium;
- Obat atau suplemen yang mengandung kalium.
Kemungkinan ada jenis obat lainnya yang juga dapat berinteraksi dengan potassium iodide, tapi belum tercantum dalam daftar di atas. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan potassium iodide adalah sebagai berikut:
- Beri tahukan dokter jika Anda memiliki riwayat alergi obat maupun penyakit tertentu, terutama bronkitis, dermatitis herpetiformis, vaskulitis hipokomplementemik, penyakit tiroid nodular dengan gangguan jantung, penyakit ginjal, gangguan tiroid, tuberkulosis, hiperkalemia, dan gangguan otot genetik;
- Sampaikan pada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, maupun herbal apa pun.
Artikel terkait: