Berikut adalah review terhadap obat dengan merk riamycin. di bagian akhir review ini juga disertakan tautan untuk mengetahui merk obat-obat lain dengan kandungan yang sama dengan riamycin.
Mengenai Riamycin
Golongan
Obat keras
Kemasan
- Dos 10 x 10 kapsul 500 mg
- Sirup kering 60ml
Kandungan
- Thiamphenicol 500 mg / kapsul
- Thiamphenicol 125mg/5ml
Manfaat Riamycin
- riamycin (thiamphenicol) digunakan untuk demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H. influenzae, terutama infeksi meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psittacosis, bakteri gram negatif penyebab bakteria meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain.
- riamycin (thiamphenicol) sangat umum digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran kemih misalnya gonore
Efek Samping Riamycin
- efek samping yang disebabkan oleh pemakaian riamycin (thiamphenicol) adalah reaksi hipersensitivias / alergi, gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare.
- obat ini dapat juga menyebabkan sariawan, glositis, ensefalopati, depresi mental, sakit kepala, ototoksisitas, anemia hemolitik dan reaksi jarish-herxheimer.
- jika antibiotik ini digunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan pendarahan, neuritis optik dan perifer.
- efek samping riamycin (thiamphenicol) yang berpotensi fatal adalah penekanan pada sumsum tulang belakang, sindrom abu-abu pada bayi baru lahir dan prematur.
- jika tanda - tanda hipersensitivitas muncul segera hubungi pihak medis karena bisa menyebabkan shock anafilaktic yang bisa berakibat fatal.
Dosis Riamycin
riamycin (thiamphenicol) diberikan dengan dosis :
- Dewasa, anak, bayi usia >2 minggu
50 mg/kg per hari dalam 3-4 dosis bagi
25 mg/kg sehari dalam 2 dosis bagi
- Bayi usia <2 minggu
25 mg/kg sehari dalam 4-6 dosis bagi
Dosis untuk penggunaan indikasi tertentu :
- Penyakit menular sksual (diberikan secara oral)
Dewasa : 1.5 g sehari dalam dosis bagi, bisa ditingkatkan sampai 3 g/sehari pada awal pemberian untuk infeksi parah. Anak : 30-100 mg/kg/hari.
- Gonorrhoea (diberikan secara oral)
Dewasa : 2.5 g/hari untuk 1-2 hari. Dosis alternatif, 2.5 g pada hari pertama kemudian diikuti oleh 2 g / hari pada masing-masing dari 4 hari berikutnya.
Interaksi obat
- riamycin (thiamphenicol) dapat meningkatkan efek warfarin dan sulfonylurea.
- juga meningkatkan kadar fenitoin dalam plasma darah.
- metabolisme riamycin (thiamphenicol) meningkat pada pemberian bersamaan dengan fenobarbital dan rifampisin
- Antibiotik tidak boleh digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan
- oleh virus.
- Pemakaian antibiotik harus sesuai dengan yang diresepkan dokter baik jumlah maupun durasinya. Menghentikan pemakaian obat sebelum waktunya berpotensi menyebabkan terjadinya resistensi.
Kontraindikasi
- riamycin (thiamphenicol) dikontraindikasikan terhadap pasien yang hipersensitf terhadap riamycin (thiamphenicol) dan antibiotik derivat chloramphenicol lainnya.
- Sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
- jangan menggunakan antibiotik ini untuk pengobatan influenza, batuk pilek dan infeksi lain yang disebabkan oleh virus.
- Penderita depresi sumsum tulang atau diskrasia darah
- Baru saja menjalani imunisasi aktif
Perhatian
- penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebaiknya dosis riamycin (thiamphenicol) dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat.
- selama pemakaian dianjurkan untuk minum minimal 1.5 liter / hari untuk mencegah kristaluria.
- pada pemakaian dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara periodik untuk antisipasi terjadinya diskrasia darah.
- riamycin (thiamphenicol) juga terdeteksi ikut keluar bersama ASI, sehingga jika memungkinkan pemakaian riamycin (thiamphenicol) selama menyusui sebaiknya dihindari
Toleransi terhadap kehamilan
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan thiamphenicol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung thiamphenicol untuk ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.