Mungkin Anda pernah mendengar suatu kondisi yang disebut hipertiroidsme, tapi apakah Anda pernah mendengar istilah thyrotoxicosis? Walaupun sekilas keduanya tampak mirip karena keduanya ditandai dengan peningkatan hormon tiroid pada tubuh, namun sebenarnya kedua kondisi ini berbeda.
Hipertiroidisme dan thyrotoxicosis adalah dua masalah endokrin dalam tubuh kita. Sistem endokrin, seperti yang kita semua tahu, bertanggung jawab untuk mengatur metabolisme dalam tubuh kita.
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana ada produksi berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroid bertanggung jawab untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid kita bertanggung jawab untuk proses metabolisme tertentu, seperti rasa lapar, suhu, dan banyak lagi.
Tirotoksikosis, di sisi lain, didefinisikan sebagai terlalu banyak hormon tiroid yang beredar di dalam darah yang mana jumlah hormon tiroidnya lebih banyak dari pada hormon tiroid yang dihasilkan pada hipertiroidisme. Thyrotoxicosis bisa menjadi situasi darurat yang dapat menyebabkan kematian langsung pada orang yang memilikinya.
Bisa disimpulkan bahwa saat seseorang menderita suatu kondisi yang disebut dengan hipertiroid, kemungkinan besar orang tersebut menderita suatu kondisi medis yang disebut thyrotoxicosis, tapi jika seseorang menderita thyrotoxicosis, belum tentu mereka menderita hipertiroidisme.
Apa penyebab terjadinya thyrotoxicosis?
Seperti yang dibahas sebelumnya, penyebab utama thyrotoxicosis adalah hipertiroidisme, yang merupakan suatu kondisi kelenjar tiroid bekerja dan secara berlebihan, sehingga menghasilkan kadar hormon tiroid yang berlebihan di dalam tubuh.
Jika hipertiroidisme disebabkan kelainan autoimun, maka disebut penyakit Graves.
Penyebab tirotoksikosis lain yang lebih jarang adalah konsumsi hormon tiroid yang berlebihan pada pasien hipotiroidisme yang menjalani pengobatan untuk meningkatkan kadar hormon tiroid dalam tubuh dan kadang-kadang thyrotoxicosis disebabkan oleh peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis), sehingga terjadi pelepasan hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam aliran darah.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan produksi hormon tiroid berlebihan termasuk Toxic multinodular goiter yang ditandai dengan munculnya benjolan pada leher dan Toxic Thyroid adenoma yang merupakan salah satu jenis tumor. Istilah 'toxic / beracun' mengacu pada produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Selain itu, Obat-obatan tertentu, misalnya, amiodarone dan lithium, juga dapat menyebabkan produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Apakah tanda dan gejala thyrotoxicosis berbeda dengan gejala pada hipertiroid?
Gejala tirotoksikosis umumnya hampir sama dengan gejala yang ditimbulkan oleh hipertiroid. Tingginya kadar hormon tiroid dalam darah, meningkatkan metabolisme tubuh.
Sehingga terkadang menimbulkan gejala-gejala yang berhubungan dengan sistem pencernaan termasuk diare, penurunan berat badan (meskipun sekitar 10% mengalami peningkatan berat badan karena nafsu makan meningkat), gemetar atau tremor (terutama di tangan), berkeringat, peningkatan denyut jantung yang dapat dirasakan oleh pasien (palpitasi), terlalu aktif, agitasi , kecemasan, perubahan emosi dan perasaan panas meskipun ruangan mungkin terasa dingin bagi orang lain.
Pasien juga dapat mengalami peningkatan denyut jantung, penipisangt;rambut, pembengkakan atau nodul di kelenjar tiroid (gondok) atau tanda-tanda hipertiroidisme lainnya.
Beberapa tanda khusus terlihat pada pasien dengan penyakit Graves (penyebab autoimun) termasuk mata khas pada penyakit grave yang mana bola mata tampak lebih besar, dan terkadang terjadi perubahan kulit kaki dan pembengkakan ujung jari.
Pada wanita, gejalanya juga dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur dan, dalam kondisi yang berat, dapat mengurangi kesuburan. Gejala lain yang lebih jarang terjadi adalah rambut rontok (alopecia) dan gatal.
Apakah pengobatan thyrotoxicosis sama dengan pengobatan pada hipertiroid?
Mengobati hipertiroid sama dengan mengobati thyrotoxicosis, tetapi mengobati thyrotoxicosis belum tentu mengobati Untuk mengobati thyrotoxicosis, harus dicari tahu apa penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut.
Sebagai contoh, Jika penyebab thyrotoxicosis adalah penggunaan obat-obatan penambah hormon thyroid, maka diperlukan pengaturan ulang mengenai dosis dan pemberian obat-obatan tersebut.
Untuk pengobatan thyrotoxicosis akibat hipertiroidisme, terdapat 3 metode utama yang dapat memperbaiki gejalal, yaitu :
- Penggunaan obat - obatan yang disebut beta-blocker (misalnya propranolol), dapat digunakan untuk mengurangi gejala tirotoksikosis seperti detak jantung yang meningkat, kecemasan atau berkeringat. Namun, untuk mengobati kadar hormon yang meningkat, obat yang berbeda yang disebut carbimazole atau yang lain disebut propylthiouracil dapat digunakan. Obat ini bertindak pada enzim di kelenjar tiroid untuk mengurangi produksi hormon tiroid.
- Radioaktif terapi. Radio terapi bekerja dengan menyerang dan menghancurkan jaringan tiroid yang terlalu aktif dengan menggunakan sinar yang sama dengan sinar pada foto rontgen (radiasi). Dosis kecil radiasi dapat mengurangi produksi hormon tiroid yang berlebihan.
- Pembedahan - Prosedur ini biasanya melibatkan pengangkatan semua atau sebagian kelenjar hormon tiroid. Prosedur ini biasanya hanya dilakukan setelah kadar hormon tiroid telah dikendalikan menggunakan obat.
Hipertiroidisme bukan situasi darurat dan tidak mengancam jiwa, tetapi bisa berkembang menjadi thyrotoxicosis yang mengancam jiwa jika tidak diobati dengan obat yang tepat.
Kedua kondisi tersebut diobati dengan obat-obatan, tetapi thyrotoxicosis membutuhkan pengawasan di rumah sakit untuk pemantauan ketat.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?