Gumpalan Darah Yang Dapat Sebabkan Kematian
Pada saat ini khususnya masyarakat Indonesia sebagian besar belum mengetahui bahaya dari trombosis atau pembekuan darah. Walaupun begitu sebenarnya trombosis adalah penyakit mematikan yang berpotensi mengancam jiwa dan menjadi salah satu penyebab kematian utama yang terjadi di Indonesia. Penting untuk Anda ketahui, trombosis merupakan suatu proses pembekuan darah yang terjadi didalam pembuluh darah secara berlebihan sehingga menghambat proses aliran darah bahkan mungkin saja bisa menghentikan proses aliran tersebut.
Trombosis adalah penyakit yang sangat berbahaya dan mungkin tidak di sadari oleh kita. Trombosis bisa saja terjadi di bagian manapun pada pembuluh darah atau sirkulasi darah manusia. Namun pada artikel ini akan membahas lebih detail tentang salah satu jenis thrombosis yaitu, deep vein thrombosis atau biasa disebut dengan thrombosis vena dalam. Selamat membaca.
Apa sih Deep - Vein- Thrombosis itu?
Deep vein thrombosis atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan Trombosis vena dalam (DVT) adalah gumpalan darah yang terbentuk pada pembuluh darah vena dalam tubuh. Kebanyakan gumpalan vena dalam terjadi pada kaki bagian bawah atau paha tetapi dapat juga terjadi di bagian tubuh lainnya.
Trombus pada sistem vena dalam sebenarnya tidak berbahaya, namun dapat menjadi berbahaya bahkan dapat menimbulkan kematian jika sebagian trombus terlepas, kemudian mengikuti aliran darah dan menyumbat arteri di dalam paru.
Jika gumpalan berdiam di paru-paru, disebut embolisasi paru-paru. Ini adalah kondisi sangat serius yang dapat mengakibatkan kematian.
Apa sih yang menyebabkan terjadinya Trombosis vena dalam?
Terdapat 3 faktor stimuli terbentuknya deep vein thrombosis, yaitu:
- Aliran darah lambat. Kurang beraktivitas dapat menyebabkan aliran darah lambat. Hal ini mungkin terjadi setelah operasi, jika Anda sakit dan harus berada di tempat tidur untuk waktu yang lama, atau jika Anda bepergian untuk waktu yang lama
- Darah Anda lebih kental atau perubahan daya beku darah. Beberapa kondisi yang diwariskan meningkatkan risiko penggumpalan darah. Terapi hormon atau pil KB juga dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah.
- Rusak atau kelainan lapisan dinding pembuluh darah. Luka yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia, atau faktor biologis dapat merusak pembuluh darah. Faktor-faktor tersebut termasuk operasi, luka serius, peradangan, dan reaksi imun.
Apa saja faktor risiko pada Thrombosis vena dalam?
Berikut faktor risiko yang bisa menyebabakan peningkatan terjadinya thrombosis vena dalam:
- Usia tua diatas 60 tahun
- Obesitas
- Imobilitas lama
- Trauma
- Kehamilan
- Hiperkoagulabilitas
- Obat-obatan tertentu
- Penggunaan kortikosteroid
- Pemakaian kontrasepsi hormonal atau pil KB
- Merokok
- Gagal jantung
- Riwayat gangguan penggumpalan darah
- Penyakit radang usus
Apa saja tanda dan gejala-gejala dari Thrombosis vena dalam?
Tanda dan gejala-gejala dari deep-vein-thrombosis tidak selalu jelas dan sama pada setiap orang yang menderitanya. Keluhan utama pasien DVT adalah tungkai atau kaki yang bengkak dan nyeri. Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila meluas atau menyebar ke bagian tubuh lainnya. DVT umumnya timbul karena faktor risiko tertentu, tetapi dapat juga timbul tanpa penyebab yang jelas.
Berikut gejala-gejala yang biasa muncul pada penderita Thrombosis vena dalam:
- Kram yang biasanya bermula di betis.
- Nyeri yang semakin memburuk saat menekuk kaki, berdiri dan berjalan
- Tungkai atau kaki terasa hangat.
- Bengkak pada salah satu tungkai, terutama di betis.
- Perubahan warna kulit atau kemerahan pada kulit kaki
Bagaimana cara mengobati penderita Thrombosis vena dalam?
Pengobatan hanya dilakukan pada kasus yang diagnosisnya sudah jelas ditegakkan mengingat obat-obatan dapat menimbulkan efek samping serius.Tujuan tatalaksana DVT fase akut yaitu, menghentikan bertambahnya thrombus, membatasi bengkak tungkai yang progresif, membuang bekuan darah serta mencegah disfungsi vena atau terjadinya sindrom pasca-trombosis dan mencegah terjadinya emboli.
Untuk mengurangi keluhan dan gejala trombosis vena pasien dianjurkan untuk istirahat atau bedrest di tempat tidur, meninggikan posisi kaki, dan dipasang compression stocking dengan tekanan kira-kira 40 mmHg. Tujuan bedrest pada pasien DVT yaitu untuk mencegah terjadinya emboli pulmonal.
Meluasnya proses trombosis dan emboli paru dapat dicegah dengan antikoagulan dan fibrinolitik. Usahakan biaya serendah mungkin dan efek samping seminimal mungkin. Prinsip pemberian anti-koagulan adalah safe dan efektif. Safe artinya antikoagulan tidak menyebabkan perdarahan. Efektif artinya dapat menghancurkan trombus dan mencegah timbulnya trombus baru dan emboli.
Bagaimana cara mencegah terjadinya thrombosis vena dalam?
Faktor risiko trombosis vena dalam tidak sepenuhnya dapat dieliminasi, namun dapat diturunkan. Misalnya, menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit, terutama pasien yang baru menjalani pembedahan mayor atau melakukan perjalanan jauh. Pada penerbangan lama, setiap orang harus melakukan peregangan dan berjalan-jalan setiap 2 jam. Tetap minum air (hindari kafein dan alkohol) dan gunakan pakaian longgar.
Jika Anda memiliki trombosis vena dalam sebelumnya, gumpalan di kemudian hari mungkin dapat dicegah dengan, minum obat yang diresepkan dokter secara baik dan benar untuk mencegah atau mengobati gumpalan darah, konsul ulang dengan dokter Anda tes darah. Namun jika Anda tidak memiliki riwayat sebelumnya dan terdapat gejala-gejala seperti diatas, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Cegah terjadinya thrombosis vena dalam sejak dini karena sejatinya mencegah lebih baik dari pada mengobati. Semoga bermanfaat.
Pagi Dok, umur saya 17th 4 bln, saya mau tanya, akhir-akhir ini pinggang saya suka kedutan, kadang kedutannya terasa cepat tapi lebih seringnya pelan. Apa ini gejala ginjal saya ada masalah? Tks dok