Obat pengencer darah (obat antikoagulan) adalah obat yang dapat membantu mencegah terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah dan berasal dari kata "koagulasi" berarti "menggumpal." Gumpalan darah dapat menghambat aliran darah ke jantung atau otak sehingga akan terjadi kurangnya aliran darah ke organ tubuh dan dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Risiko serangan jantung atau stroke juga dapat terjadi jika kadar kolesterol tinggi sehingga menyebabkan pembekuan darah. Oleh karena itu, diperlukan obat pengencer darah yang dapat membantu menurunkan risiko tersebut. Selain itu, obat antikoagulan juga digunakan untuk mencegah pembekuan darah pada penderita penyakit jantung dengan kondisi gangguan sirkulasi darah, irama jantung abnormal (fibrilasi atrium), dan penderita cacat jantung bawan.
Warfarin (Coumadin) dan heparin merupakan obat pengencer darah yang umum digunakan. Akan tetapi terdapat juga 5 obat pengencer darah lainnya yang tersedia, termasuk:
- apixaban (Eliquis)
- betrixaban (Bevyxxa, Portola)
- dabigatran (Pradaxa)
- edoxaban (Savaysa)
- rivaroxaban (Xarelto)
Bagaimana cara kerja obat pengencer darah?
Obat pengencer darah (obat antikoagulan) sebenarnya tidak bisa mengencerkan darah, tetapi dapat mencegah pembekuan atau penggumpalan darah. Jika pembekuan darah terjadi dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah dari dan ke jantung sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Begitupun juga darah terhambat menuju otak dapat menyebabkan penyakit stroke.
Obat pengencer darah dapat berupa obat oral yang dikonsumsi langsung dan obat melalui suntikan. Obat pengencer darah juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu obat golongan antiplatelet atau antikoagulan. Jika antiplatelet bekerja untuk mencegah berkumpulnya sel-sel pembeku darah agar darah tetap mengalir lancar, sementara antikoagulan bekerja untuk mencegah pembekuan darah dengan menunda terjadinya penggumpalan darah.
Pengencer darah seperti Coumadin dapat mencegah vitamin K bekerja dengan baik padahal vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah. Sementara itu, obat pengencer darah seperti Eliquis dan Xarelto bekerja dengan cara berbeda, yaitu dengan memblokir faktor Xa. Tubuh sendiri membutuhkan faktor Xa untuk membuat trombin, enzim yang membantu proses pembekuan darah.
Selain itu, Anda juga perlu memantau berapa banyak vitamin K dalam asupan makanan untuk mencegah darah membeku. Makanan yang kaya vitamin K meliputi:
- Brokoli
- Kubis brussel
- Sawi
- Teh hijau
- Kacang-kacangan
- Selada
- Bayam
- Lobak hijau
Apa risiko atau efek samping dari penggunaan obat pengencer darah?
Karena obat pengencer darah berfungsi untuk mencegah darah membeku, obat ini dapat menyebabkan Anda mengalami pendarahan lebih dari biasanya. Jika mengalami salah satu gejala ini saat mengonsumsi obat pengencer darah, maka Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter, yaitu:
- Memar baru tanpa sebab yang diketahui
- Gusi berdarah
- Urin atau tinja berwarna merah atau cokelat tua
- Periode haid yang berlebihan
- Batuk atau muntah darah
- Mimisan
- Lemas atau pusing
- Sakit kepala parah atau sakit perut
- Luka yang terus berdarah
Pengencer darah juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Beberapa obat dapat meningkatkan efek pengencer darah dan membuat penderita mengalami pendarahan berlebih. Obat lain juga dapat membuat obat pengencer darah menjadi kurang efektif dalam mencegah stroke.
Selain itu, beritahukan dokter sebelum menggunakan obat antikoagulan jika Anda menggunakan salah satu jenis obat ini:
- Antibiotik seperti sefalosporin, siprofloksasin (Cipro), erythromycin (Erygel, Ery-tab), dan rifampin (Rifadin)
- Obat antijamur seperti flukonazol (Diflucan) dan griseofulvin (gris-PEG)
- Obat anti-kejang carbamazepine (Carbatrol, Tegretol)
- Obat antitiroid
- Pil KB
- Obat kemoterapi seperti capecitabine
- Clofibrate obat penurun kolesterol
- Allopurinol obat asam urat (Aloprim, Zyloprim)
- Simetidin obat pereda mulas (Tagamet HB)
- Obat ritme jantung amiodarone (Nexterone, Pacerone)
- Obat penekan kekebalan tubuh azathioprine (Azasan)
- Penghilang rasa sakit seperti aspirin, diklofenak (Voltaren), ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen
Hal yang sama juga perlu diberitahukan ke dokter jika Anda mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen herbal yang dijual bebas karena beberapa produk tersebut juga dapat berinteraksi dengan obat pengencer darah.
Benarkah kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke?
Kolesterol adalah zat berlemak dalam darah yang biasanya terdapat pada daging merah, makanan olahan susu berlemak, dan makanan yang dipanggang. Ketika Anda terlalu banyak mengonsumsi makanan tersebut, maka kadar kolesterol dalam darah mungkin akan meningkat dan menyebabkan penumpukan di dinding arteri dan membentuk penyumbatan lengket yang disebut plak.
Plak akan mempersempit arteri sehingga aliran darah akan semakin sedikit. Jika plak robek, gumpalan darah bisa terbentuk lalu menyebar ke jantung atau otak dan menyebabkan terjadinya serangan jantung atau stroke sehingga dibutuhkan obat pengencer darah.
Level kolesterol total normal pada orang dewasa seharusnya berada di bawah 200 mg/dL, sementara tingkat kolesterol jahat (LDL) seharusnya kurang dari 100 mg/dL. Kolesterol LDL atau Low Density Lipoprotein disebut juga kolesterol yang tidak sehat karena dapat membentuk plak di arteri.
Jika memiliki kadar kolesterol tinggi, Anda dapat melakukan perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan mengembalikan kadar kolesterol ke batas normal, di antaranya dengan:
- Membatasi jumlah lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dalam makanan
- Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur, ikan, dan biji-bijian
- Menurunkan berat badan jika mengalami obesitas
- Lakukan latihan aerobik seperti naik sepeda atau berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari
- Berhenti merokok
Baca juga: Fakta Kolesterol dan Cara Menurunkan Kolesterol LDL
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.